Kedua tangan Juwita mulai gemetar. Ia memandangi baik-baik sebuah buku dengan sampul berwarna coklat di tangannya itu. Dahinya mulai berkerut, hatinya mulai bersungut. Ia sama sekali tidak menginginkan bila nasib yang sama menimpa dirinya, ketika sang ibunda dipecat oleh karena hal sepele namun fatal bagi majikan mudanya.
"Kenapa buku ini bisa tertinggal di sini? Apakah mungkin buku ini terjatuh dari tas sekolah Nona Purie ketika ia sedang sarapan tadi?" Juwita mulai membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi hingga menyebabkan buku kesayangan Purie itu bisa terjatuh ke lantai.
"Ah, tidak! Aku tidak boleh berpikir terlalu lama! Aku tidak ingin tertimpa nasib yang sama seperti ibu dulu. Ibu telah kehilangan pekerjaannya. Ibu juga telah kehilangan seluruh uangnya. Kalau sampai aku juga dipecat dari pekerjaan ini, lantas siapa lagi yang akan membiayai kebutuhan keluargaku? Bagaimana dengan nasib pendidikan dan juga masa depanku?"