Ryan berdecak pelan. "Terus, biar lo gak marah, gue harus ngapain? Balik ke rumah Bang Kemal lagi?"
"Ngapain ke sana lagi!! Udah pamit kok ke sana lagi!!"
"Ya terus lo mau apa deh, biar gak marah lagi. Pusing gue kalau lo tetep marah sampai seratus tahun kemudian." Omel Ryan yang juga kesal. Ia padahal sudah minta maaf, namun Felicia tetap saja marah.
Gadis itu masih diam, kepalanya menoleh pada jendela mobil mengamati kendaraan lain yang bergerak di aspal yang sama. Felicia memang butuh waktu untuk menenangkan diri dulu ketika marah. Jika ia terus diajak bicara dalam keadaan masih marah, sekali pun orang itu meminta maaf, tidak akan digubris olehnya.
Maka Ryan pun memilih diam. Ia langsung fokus pada jalanan di depan karena hendak berhenti di lampu merah. Ia membiarkan Felicia tenang dulu karena amarahnya.
*