Keesokan harinya.
Langit pagi ini begitu cerah. Di pukul setengah enam pagi, seperti biasa suhu udara di Jakarta sudah meningkat. Panas Mentari sudah rata di mana-mana. Berbeda sekali dengan suasana saat sedang di puncak, pasti di jam seperti ini masih sangat sejuk dan terdapat banyak embun serta udara yang berkabut.
Plak!
Sebuah tangan menampar wajah Alan yang sedang enak-enaknya tidur dalam kondisi sedang bermimpi indah. Otomatis pria itu langsung terusik dan perlahan kesadarannya terkumpul, lalu ia membuka kedua matanya.
Awalnya, Alan masih belum sadar akan sesuatu. Namun ia merasa ada tangan yang merangkul tubuhnya dan bagian kakinya tertindih oleh kaki lain.
Dan Alan segera menoleh ke samping kirinya. Pemandangan kedua setelah ia mengamati langit-langit kamar, kini adalah wajah Leo yang tidur dalam keadaan mulut terbuka. Bahkan Leo mendengkur pelan dan…ah, sepertinya Alan harus segera menutup hidungnya dan bangkit meninggalkan ranjang.