Azzam begitu panik ketika menemukan Likha yang pingsan di lantai kamar mandi dengan pakaian yang basah. Dengan sigap lelaki itu langsung membopong pacarnya ke dalam kamar para gadis dan membaringkan tubuh Likha di kasur.
Kina yang panik itu langsung berbagi tugas dengan Felicia dan Andrea. Lalu menyuruh Azzam untuk keluar dari kamar karena Kina berniat menggantikan baju Likha yang basah.
Selesai menggantikan baju Likha, Kina membiarkan Andrea dan Felicia yang masih mengeringkan wajah Likha yang basah dengan handuk wajah yang kecil. Andrea yang juga memberikan minyak kayu putih di kedua kaki Likha agar lebih hangat dan tidak dingin.
"Likha gimana keadaannya?" Tanya Azzam yang masih panik kepada Kina yang keluar dari kamar.
"Lo udah boleh masuk kok Zam… Likha udah digantiin baju sama jilbabnya. Gue bikinin teh anget dulu deh buat Likha."
Mendengar itu Azzam mengangguk dan menggumamkan kata terima kasih kepada Kina.
Kali ini Kina langsung menuruni anak tangga berbahan kayu tersebut. Ruang tamu yang terlihat ketika ia menuruni anak tangga itu masih agak gelap. Hanya terkena sinar lampu dari teras vila, remang-remang cahayanya.
Kina agak heran, apakah para cowok yang lain masih pada tidur? Padahal tadi di atas cukup ribut karena menemukan Likha yang pingsan. Kina agak penasaran dan ingin mengintip teman cowoknya apakah masih tidur atau tidak, namun tangannya mengurungkan niatnya dan menggantung di udara ketika hendak meraih daun pintu kamar.
Ah, biarkan saja mereka kalau memang masih terlelap. Lagi pula ini masih jam 3 kurang 10 menit. Jelas saja mata mereka masih sangat rapat. Yah, sebenarnya Kina ingin mengintip Alan saja. Entah mengapa saat digodai Azzam tadi, Kina jadi memikirkan sosok Alan dalam benaknya. Apa benar Alan menyukainya? Hm, Kina sendiri bahkan belum tahu bagaimana perasaannya pada Alan. Kina malu untuk menjabarkannya.
Dengan langkah gontai, Kina memilih menuju ke arah dapur. Lagi-lagi cahaya ruang makan dan dapur itu remang-remang dan lebih ke gelap. Kina malas sekali kalau sudah berhadapan dengan ruangan yang gelap. Ia lantas berjalan lurus untuk meraba-raba tembok guna menemukan letak saklar lampu.
Ada hampir tiga menit Kina tidak menemukan saklar lampu di tembok sekitar. Situasi seperti ini lah yang membuatnya sedikit parno, namun kali ini Kina berhasil menguasai pikiran negatifnya.
"Di mana sih saklarnya? Masa iya saklar ruang makan sama dapur dijadikan satu di satu letak?" Tanyanya sendiri dengan keheranan. Karena Kina mencari letak saklar di area tembok ruang makan. Dan itu tidak ia temukan. "Ah, mungkin di dapur kali ya…" gumamnya pelan dan hendak menuju ke arah dapur.
Drap Drap Drap!!
Kina menoleh pada lokasi tangga karena mendengar langkah kaki yang seperti orang yang sedang turun. Namun tidak ada siapa-siapa di sana, pikir Kina mungkin salah satu temannya yang naik ke atas. Tapi Kina tidak mendengar siapapun keluar dari kamar para cowok. Ah, seharusnya tadi ia menyalakan lampu ruang tamu lebih dulu agar area tangga terlihat terang juga.
Kina menggelengkan kepalanya pelan. "Astaga… pikiran gue. Udah ah." Ujarnya pelan dan akhirnya menemukan saklar lampu yang ternyata berada di area tembok dapur.
Terang. Perasaan Kina jadi menghangat dan segala pikiran buruknya hilang seketika. Namun, baru saja ia mengambil sebuah panci kecil untuk diisi air ia mendengar suara gemericik air keran dari kamar mandi sebelah dapur. Seperti suara keran yang dinyalakan kecil.
Kina acuh pada hal tersebut, pikirannya hanya mengira kalau kerannya mungkin memang kendor.
Ceklek!
Kina agak lega ketika ia berhasil menyalakan kompor dan merebus air yang isinya hanya setengah panci kecil. Biar mendidihnya juga cepat dan ia segera mengantarkan teh untuk Likha di atas.
ZRAAASSSHHH
Bunyi keran air di kamar mandi sebelah jadi deras. Bahkan Kina sampai berjengkit agak kaget dan mengelus dadanya. Dengan langkah santai gadis itu langsung pergi ke arah kamar mandi dan membuka kamar mandi itu dengan perasaan yang biasa saja.
Kina mematikan keran air kamar mandi dan melihat area kamar mandi yang luas. Merinding. Kina mengelus kedua lengannya sendiri. Ia tidak berpikiran aneh sih, Kina juga hanya mengira kalau memang putaran keran air itu kendor.
Gadis itu kemudian hanya berdecak dan agak melotot sebal karena kaget. Padahal niatnya membalikkan badan adalah akan keluar dari kamar mandi, tapi malah disuguhi dua celana boxer yang menggantung dengan indahnya di gantungan yang tersedia di kamar mandi tersebut.
"Iyuuuuhhh. Dasar para cowok ya! Kagak rapi!!" Ujar Kina kesal. Pasalnya dua boxer itu juga dengan motif yang berbeda. Satu lagi gambar spongebob, dan yang satunya malah motif kulit macam tutul keemasan. Geli sekali melihat hal itu.
Kina jadi kembali ke dapur setelah menutup pintu kamar mandi dengan rapat. Gadis itu dengan cekatan segera membuatkan teh untuk Likha ketika dirasa air yang ia rebus sudah mandidih. Sembari mengaduk teh yang sudah ia beri gula dua sendok teh, Kina agak bersenandung lagu pop yang ia suka. Kemudian mengambil alas gelas dan satu tutup. Dan membawa segelas teh itu bersamanya.
Sampai di depan anak tangga kayu yang menjulang ke atas menuju lantai dua, Kina malah berjalan lurus dan meletakkan segelas teh itu di atas meja ruang tamu. Gadis itu hanya berinisiatif menyalakan lampu ruang tamu saja. Kina sangat lega kalau semua ruangan kini terang benderang.
Pergerakkan tangan Kina yang hendak mengambil kembali segelas teh untuk Likha itu dihentikan oleh sebuah suara yang cukup mengganggu telinganya.
Sreek… Srek Srek Srek…
Seperti ada orang yang menyapu di halaman depan teras vila. Ini yang ketiga kali Kina mendengarkan sebuah suara. Yang pertama tadi adalah langkah kaki yang seperti turun. Yang kedua adalah suara air keran kamar mandi yang tiba-tiba menjadi deras. Yang ketiga, suara orang menyapu.
Jelas sudah ini bukan hal yang biasa saja. Bulu kuduk Kina berdiri di kedua lengannya dan tengkuk belakangnya. Otomatis saja kedua telapak tangannya jadi dingin karena rasa takut yang mulai menguasainya.
Tenggorokan Kina rasanya agak tercekat. Namun gadis itu mendekat ke arah pintu utama vila. Pintu utama vila yang modelnya dua papan dengan ditambah lapisan kaca di tengahnya yang membentuk persegi panjang. Membuat Kina bisa melihat apa yang ada di luar.
Srek Srek Srek Sreekk
Suaranya mirip sekali dengan orang yang sedang menyapu menggunakan sapu lidi. Tapi setahu Kina, halaman depan teras vila juga tidak kotor kemarin. Karena tidak ada pepohonan yang berefek menjatuhkan dedaunan di situ.
Pepohonan hanya ada di samping letak kolam renang yang ada gazebonya tempat mereka asik memanggang semalam. Apalagi di situ juga tidak ada pohon mangga. Yang ada pohon kamboja yang jumlahnya dua di kanan kiri gazebo.
Lagi pula, mana ada orang yang menyapu di jam yang masih sepagi ini dan masih gelap? Kelihatan saja tidak. Kina menelan ludahnya sudah. Berusaha mencari sesuatu yang bergerak dengan pandangannya yang oenuh selidik di balik kaca pintu.
Grep!
Kina langsung saja terkejut karena bahu kirinya di pegang oleh seseorang.
"Kina? Kamu ngapain?" Tanya Alan yang menyipitkan matanya karena baru bangun dan keluar kamar dengan mendapati Kina yang penuh selidik entah memandangi apa.
"Alan." Pekik Kina dan langsung memeluk Alan yang berada di hadapannya. "G-gue takut." Sambungnya dengan suara yang bergetar.
Alan mengelus rambut kepala Kina pelan. "Kenapa?" Tanyanya.
Kina melepaskan pelukan mereka dan berkata, "tadi g-gue denger suara macem-macem. Gue takut deh… kayak diikutin banyak suara sedari tadi."
Menghembuskan napasnya pelan, Alan menggenggam kedua tangan Kina dengan pelan. "Hei… itu perasaan kamu aja. Kita kan di sini liburan. Lagi pula kita itu bersembilan. Apa coba yang mau kamu takutin? Ah iya, kok udah bangun jam segini?"
"Emm itu aku bikinin segelas teh buat Likha. Likha abis terkunci di kamar mandi atas dalam keadaan pingsan dan basah. Boleh minta tolong bawain teh itu ke atas gak Al?"
Alan mengangguk saja menuruti permintaan Kina karena ia melihat kedua tangan Kina yang masih bergetar dan terasa dingin. Kemudian lelaki itu mengelus punggung Kina dan ia temani ke atas untuk melihat keadaan Likha.
Sedangkan Leo, Ryan, dan Alvin masih saja tidur dan belum terbangun.