Setelah sesi foto selfie bersama itu, Andrea memilih untuk memisahkan diri dan berdiri di samping Leo dan memejamkan matanya mendongak ke atas, merasakan terpaan angin segar yang berhembus menyentuh lembut wajahnya dan membawa rambut terurainya. Leo yang berdiri di sampingnya sedari tadi pun hanya bisa memandangi betapa cantiknya perempuan yang sangat ia sukai itu saat ini.
"Lo kenapa?" Leo mengedipkan matanya berulang kali ketika ia mendapatkan pertanyaan itu dari Andrea yang masih menutup matanya. Leo melirik ke arah kiri dan kanan, memastikan hanya dirinya yang sedang berada di sana dan dirinyalah yang di tanyai oleh gadis itu.
"Gue?" Tanya Leo seperti orang idiot.
"Iya lah, siapa lagi? Cuma ada lo di sini, Leo!" Andrea membuka matanya dan menoleh pada Leo yang menatapnya dengan heran.
"Lo kenapa liatin gue?" Tanya Andrea kembali, mengulang pertanyaannya yang tidak di sadari oleh Leo sebelumnya.
Leo menggaruk-garuk tengkuknya pelan, dan tersenyum pada Andrea. "Ohh… Gue lagi liatin bidadari yang lagi menikmati hembusan angin!" Jawab Leo, menggoda Andrea yang speechless mendengar jawaban tersebut.
"Hh… Bidadari! Udah mati dong." Celetuk Alvin yang ternyata mendengarkan percakapan keduanya. Leo dan Andrea langsung menoleh ke belakang, di mana Alvin sedang berdiri di antara pohon-pohon yang ada di sana.
"Heh! Sompral aja terus mulut lo!" Ucap Ryan yang memang berjalan bersama Alvin sedari tadi, yang juga ikut mendengarkan rayuan Leo pada Andrea tadi. Alan dan Kina pun menoleh ketika mendengar ucapan tersebut.
Leo yang merasa waktunya terganggu itu pun memutar kedua bola matanya dan melirik pada Andrea yang terdiam kembali melihat pemandangan yang ada di sana. Leo pun terdiam dan membuang napasnya dengan kecewa. Ia kemudian meninggalkan Andrea dan menghampiri Alan, Ryan dan Alvin dan bergabung dengan mereka. Sedangkan Kina segera menghampiri Andrea yang terlihat tidak suka dengan ucapan yang tadi di ucapkan oleh Alvin. Meskipun ucapan tersebut adalah sebuah candaan, namun Andrea merasa itu tidak pantas di ucapkan pada saat seperti ini.
"Rea! Yuk kita lihat-lihat ke sebelah sana, gue lihat ada kursi yang bagus deh di sebelah sana!" Ajak Kina pada Andrea yang terlihat bete itu. Andrea mengangguk tanpa menjawab, dan berjalan ke arah kursi yang di maksud oleh Kina tadi.
[Felicia yang tidur itu terbangun dari lelapnya dan tidak mengerti, ketika ia tidak menemukan Azzam dan Likha di dalam kamar itu. Sehingga ia pun memutuskan untuk turun dari ranjangnya dan berjalan menuju ke lantai bawah. Satu per satu anak tangga ia turuni, dan di setiap langkahnya menuruni anak tangga tersebut, membuat perasaan Felicia tidak enak. Ia merasa seperti ada yang mengikutinya di belakang, namun tidak ada siapapun di sana.
Langkah perempuan itu pun sampai di ruang tengah yang ada di dalam Vila yang mereka kunjungi itu, ia kebingungan ketika melihat sofa-sofa dan perabotan lainnya tertutup oleh kain putih yang sudah berdebu. Felicia memutar tubuhnya untuk melihat sekeliling, memastikan bahwa teman-temannya ada di sana dan tidak meninggalkannya sendirian.
"Azzam, Likha?" Teriak Felicia, ia berjalan ke salah satu lorong bagian Vila yang menuntunnya menuju kolam renang di tengah Vila tersebut. Tempat di mana mereka mengadakan pesta barbeque tempo hari.
"Ryan!" Felicia kembali berteriak memanggil sepupunya itu. Felicia merasa ketakutan karena hari sudah gelap namun pencahayaan di Vila itu tidak seperti hari sebelumnya, lampu-lampu di sana entah mengapa mengeluarkan sebuah cahaya redup.
Langkah Felicia terhenti saat ia melihat seorang perempuan berdiri di dekat piano di dalam ruang musik yang ada di samping ruang gym. Kedua mata Felicia menyipit untuk mencoba melihat lebih jelas siapa perempuan yang berdiri di sana.
Felicia yakin, orang yang kini membelakanginya adalah Andrea. Sebab ia mengenali bagaimana tinggi tubuh temannya itu, belum lagi rambutnya yang panjang semakin membuatnya merasa yakin bahwa siluet perempuan itu adalah Andrea.
"Andrea! Kalian kemana sih, jangan tinggalin gue sendirian dong!" Felicia yang senang karena berhasil menemukan salah satu teman-temannya yang mendadak menghilang itu pun segera berjalan dan masuk ke dalam ruang musik. Ia menepuk bahu perempuan itu.
Tangan Felicia terasa kaku, matanya membulat saat ia melihat perempuan yang ia kira sebagai Andrea itu, bukanlah Andrea. Perempuan yang kini ada di hadapannya tersebut memiliki rambut hitam yang panjang yang juga menutupi seluruh wajahnya, bau busuk tiba-tiba tercium di indera penciuman Felicia.
Sosok perempuan itu memutar badannya untuk menghadap pada Felicia yang mulai ketakutan, langkah kaki Felicia melangkah mundur saat sosok perempuan yang tidak ia ketahui tersebut maju mendekatinya. Satu hal yang membuat Felicia sadar jika perempuan di hadapannya itu bukan manusia adalah, tubuhnya yang melayang.
Napas Felicia memburu, jantungnya berdetak dengan sangat kencang, keringat dingin pun membasahi tubuhnya. Felicia ingin kabur dari tempat itu, namun tubuhnya membeku seakan tidak mendengarkan perintah dari otaknya.
Saat tangan perempuan melayang itu terangkat dan hendak menggapai wajah Felicia, Felicia pun berteriak dengan sangat kencang.]
"AAAAAAAAA!!!" Felicia berteriak dan bangkit dari posisi tidurnya, membuat Azzam dan Likha terkejut. Azzam segera menghampiri perempuan itu dan menyadarkannya yang masih menutup kedua matanya dengan sangat erat.
"Fel! Fel!!" Azzam menggoyangkan tubuh Felicia, sehingga perempuan itu berhasil membuka kedua matanya dan menyadari bahwa apa yang ia alami tadi hanyalah sebuah mimpi.
Felicia melirik ke arah Azzam yang menatapnya panik, kemudian ia juga menoleh ke arah Likha yang melihatinya dengan khawatir. "Lo kenapa?" Tanya Likha, Felicia menggelengkan kepalanya dan menyisir rambutnya yang basah oleh keringat ke belakang dengan jari-jari tangannya.
"Nih minum dulu!" Azzam mengambil sebuah gelas yang berisi air putih dan memberikannya pada Felicia. Perempuan itu pun menerimanya dan meneguknya sedikit, hanya sebatas membasahi tenggorokannya karena dirinya tidak ingin minum di saat ini.
"Mimpi buruk ya?" Tanya Likha yang masih melihatinya, Felicia mengangguk pelan. Namun tidak ingin menceritakan apa yang ia mimpikan kepada Likha maupun Azzam. Felicia berpikir jika mimpi buruk yang ia alami tidak boleh di ceritakan ke pada siapapun, itu yang di katakan oleh orang tuanya. Selain itu juga, ada petuah yang mengatakan 'Tidak boleh menceritakan mimpi buruk kepada siapapun, karena mimpi buruk itu datangnya dari setan.' Maka sebab itulah Felicia memilih untuk diam dan berusaha menenangkan dirinya sendiri.
"Makanya sebelum tidur, baca do'a dulu!" Azzam memberikan sebuah ceramah pada Felicia. Ucapan yang sebenarnya ada benarnya juga, Felicia menyadari dirinya tidak sempat berdo'a karena rasa kantuk yang menyerangnya.
"Guys!" Kina masuk ke dalam kamar itu dan terdiam saat melihat wajah Felicia yang pucat. Ia pun melirik ke arah Azzam dan Likha yang menatap padanya.
"Ada apa ini?" Tanyanya penasaran dengan apa yang ia lewatkan. Azzam menggelengkan kepalanya, merasa tidak berhak memberitahu apa yang sedang di alami oleh Felicia.
"Nggak, Cuma mimpi buruk kok!" Jawab Felicia yang berusaha menutupi ketakutan yang ia rasakan.