Chereads / Menantu Cacatku / Chapter 3 - Ridho Bunda

Chapter 3 - Ridho Bunda

Muak rasanya melihat pemandangan ini, ketika mereka berdua di pertemukan, rona bahagia terpancar dari wajah keduanya, Ya wajar saja sih jika Rahma bahagia mendapatkan seorang suami yang sarjana dan tampan itu tetapi aku tidak Ridho karena bahagia juga terpancar dari wajah Mahes karena kan Mahes itu menurutku tidak cocok dengan bersanding dengan Rahma.

ketika mereka berdua bertemu Mahes langsung mencium kening istrinya itu dan membacakan doa usai Ijab Kabul dibalas oleh Rahma yang mencium tangan Mahes.

Para juru kamera mengabadikan momen sakral itu. setelah itu Papang dulu menyuruh mereka Langsung menandatangani surat nikah.

lalu tibalah saatnya acara sungkeman inilah acara yang paling tidak aku suka rasanya males sekali harus bersentuhan dengan menantuku karena aku memang tidak menginginkan dan tidak meridhoi pernikahan ini.

"Bunda tolong ridhoi pernikahan aku dan juga Rahma, Mahes tahu ridho Allah itu ada pada Ridho orang tua tetapi izinkan Mahesa Sekali Ini Saja memperjuangkan cinta Mahes, Bunda tahu benar siapa Rahma bahkan sejak kami berdua duduk di bangku taman kanak-kanak Bunda sudah mengenalnya, Bunda juga sudah tahu orang yang selalu ada di sisi Mahes itu adalah Rahma di saat orang-orang mengecilkan Mahes, di saat orang-orang tidak mempedulikan Mahes, Mahesa hanya ingin bahagia Bunda bersama orang yang mahes cintai."

perkataan mahesh padaku malam itu kembali terngiang-ngiang di dalam otakku bahkan Mahesa itu sampai berlutut kepadaku untuk meminta restuku pada saat itu aku berpikir sudah tidak ada cara lain selain mengijinkan Mahes untuk menikahi Rahma tetapi aku sudah merekat untuk memisahkan nama setelah mereka menikah sungguh sampai mati pun aku tidak meridhoi anak laki-laki satu-satunya yang sudah aku perjuangkan agar menjadi seorang yang sukses ini malah menikahi wanita yang tidak sempurna.

" Ayo Bun kita duduk di pelaminan MC sudah memanggil kita untuk duduk di acara sungkeman ini," ajak suamiku, membiarkan lamunanku.

Aku mengangguk dan tidak berkata apa-apa kepada Suamiku itu aku paling tahu siapa Suamiku itu dia sama dengan anaknya, Mahes jika memerintahkan sesuatu pasti harus dilaksanakan saat itu juga tidak boleh tidak. sifat keras kepalanya menurun dari ayahnya.

Dengan malas aku pun Melangkah dengan memegang lengan suamiku menuju ke pelaminan, rasanya sungguh berat sekali langkah kaki ini Aku merasa seperti melangkah di atas Duri Padahal aku sedang melangkah di atas karpet merah.

aku lalu duduk di atas pelaminan bersama dengan suamiku kulihat Mahes dan istrinya sedang mengarah menuju tempat duduk kami Mahes yang pertama duduk bersimpuh di hadapan ayahnya sedangkan Rahma menantu baruku kini sedang bersimpuh di hadapanku sambil menunduk.

kugunakan kesempatan ini untuk mengintimidasi dia ketika pemandu acara bacakan kata-kata yang menyayat hati bagi pendengarnya aku pun akan membisikkan kata-kata yang menyayat hati bagi menantu baruku ini lihat saja nanti apa yang akan kulakukan padanya enak saja dia mau merebut Mahes dariku selama ini masih selalu menurut padaku Tetapi hanya karena gadis cacat seperti dia Dia malah jadi tidak mau menuruti perintahku lagi.

Aku pura-pura memeluk tubuh Rahma tetapi ketika tubuh Rahma dekat dengan Mulutku aku membisikkan sesuatu di telinganya.

"Dengar ya Rahma! kamu jangan percaya diri dulu, aku tidak akan membiarkan kamu bahagia dengan Mahesa anakku, aku akan melakukan segala macam cara agar kalian bisa berpisah. sungguh demi apapun Bunda tidak akan pernah merestui hubungan kalian, Bunda tidak akan pernah meridhoi hubungan kalian sampai kapanpun!" bisikku

terlihat ada air mata yang menetes di pipi Rahma saat itu tetapi mungkin orang-orang berpikir bahwa saat itu Rahma sedang menangis karena sangat terbawa oleh suasana itulah kesempatan yang aku gunakan agar orang-orang tidak mencurigaiku telah menyakiti hati menantunya sendiri.

Walau aku tahu itu adalah perbuatan yang salah tetapi aku tidak peduli, aku sungguh puas telah melihat menantuku itu menangis aku adalah orang yang tidak suka perintahnya dilanggar tetapi gara-gara gadis ini Mahesa melanggar perintahku makanya aku sangat membenci dia ini.

Tapi aku tidak pernah menyangka bahwa apa yang akan dikatakan oleh Rahma menantuku ini padaku selanjutnya setelah aku berkata seperti itu walaupun Kulihat dia sangat tersakiti sekali Tetapi dia mencoba untuk tersenyum dan kembali berlutut dan mengambil tanganku lalu berkata padaku

" Demi Allah Bunda adalah ibu yang telah melahirkan suami Rahma walaupun Bunda tidak menyukaiku Mama janji akan mencoba untuk membuat Bunda suka pada Rahma Rahma janji lama akan melayani Bunda setulus hati Rahma jika memang Allah menghendaki Rahma untuk berpisah dengan Bang Mahes, Rahma ikhlas Jika Allah yang menghendaki, tetapi sebelum itu terjadi izinkan Rahma untuk menjadi istri yang baik untuk Bang Mahesa. Dan Rahma berterima kasih karena Bunda telah mengizinkan Bang Mahes untuk menikahi Rahma karena jika tidak ada restu dari Bunda pernikahan ini tidak akan terjadi," ucapnya padaku.

aku terpaku dan terdiam mendengar perkataan wanita yang baru beberapa menit yang lalu usah menjadi menantuku itu.

sungguh aku sangat tidak menyangka bahwa menantuku itu bisa berkata seperti itu padaku pantas saja Mahesa sampai tergila-gila padanya Mungkin memang benar apa yang dikatakan oleh Mahes bahwa Rahma memang memiliki kepribadian yang sangat baik dan sangat menghormati orang tua mungkin itu karena didikan pesantren.

Tapi walaupun dia berkata seperti itu tidak akan merubah apa yang ada di dalam hatiku, Aku sungguh sungguh sangat tidak menyukainya.

Aku bukan tidak menyukainya dari wajahnya dia sangat cantik dan juga ahlaknya yang baik, tetapi aku tidak suka padanya karena dia memiliki keterbatasan sedangkan anakku seperti orang yang sempurna di mataku dan juga orang lain.

kini berganti Mahesa yang kini bersimpuh di kakiku kali ini air mataku mengucur deras ketika anak laki-lakiku satu-satunya meminta izin padaku dalam kisahnya Dia berkata

"Bunda, Terima kasih karena Bunda telah mengizinkan Mahes untuk menikahi Rahma, Mahes tahu Bunda tidak menyukai Rahma tetapi Mahes akan buktikan kepada bunda bawa mahes tidak salah pilih dalam memilih istri, bagi Mahes Rahma adalah wanita yang paling sempurna yang pernah Mahes kenal."

sudah berkata seperti itu kemudian Mas memelukku sampai air mataku mengalir deras membasahi jas hitam yang dikenakannya.

"Bunda, bunda jangan menangis seperti ini, Mahes sudah besar Mahes sekarang sudah menjadi imam bagi istri Mahes, tugas Bunda sekarang adalah doakan Mahesa agar Mahesa bisa senantiasa mendidik Rahma agar menjadi wanita yang sholeh dan bisa membawa keluarga Mahesa sampai ke surga."

Aku tidak berkata apa-apa, yang aku lakukan hanyalah menangis dan menangis entah apa yang ada di pikiranku saat ini aku merasa ada yang hilang di hati ini, Aku merasa anak laki-laki yang ku lahirkan.. yang kutimang-timang... yang ketika sakit aku selalu begadang sampai tidak tidur untuk menjaganya agar dia bisa terlelap di sampingku.... yang aku ajarkan berjalan, berbicara, bertepuk tangan... yang aku sekolahkan sampai tinggi sekali ini telah hilang.

Kini anak laki-lakiku telah menjadi milik orang lain.... milik wanita yang tidak aku sukai, milik wanita yang bahkan dalam hati pun aku tidak pernah menginginkan untuk memimpikannya.