Nasya merasakan kepalanya masih pusing. Biarkan saja seperti ini, agar ia punya alasan untuk tidak keluar dari kamar. Malas sekali jika harus bertemu dengan mereka apalagi untuk berbicara. Pasti yang terdengar hanya sebuah perbandingan
lagi, Nasya hafal akan hal itu.
Nasya beranjak dari bedcover-nya. Ia berjalan mengambil handuknya lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Selesai mandi dan mengganti pakaiannya Nasya duduk di depan meja belajarnya. Membaca ulang materi tadi siang. Lalu pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sosok laki-laki yang tiga tahun lebih tua darinya, Rifkal.
"Ke bawah sekarang. Lo butuh makan atau nggak? Kalau lo pengen mati ya terserah," ucap Rifkal dingin dengan rautnya yang selalu datar menatap Nasya.
Brak.