Malam itu menjadi malam patah hati sekali lagi bagi Jun, tapi setidaknya hatinya sudah lebih plong usai menyatakan perasaannya walau mendapatkan penolakan.
Setidaknya, mereka tidak perlu saling bermusuhan atau menjauh hanya dikarenakan hal itu. Jun dan Kei saling berjanji akan tetap akrab seperti keluarga setelah ini.
Memang sakit, tapi bocah itu sepertinya harus merasakan apa itu sakit dan patah hati.
Setelah Jun dan Kei masuk ke kamar masing-masing, Ren masuk ke kamar putranya.
"Sepertinya ada yang ditolak, nih!" Ren melangkah mendekat ke Jun yang baru saja dari kamar mandi.
"Tsk, kalo pengin meledek, mendingan ke tembok aja sana, Dad!" Jun lebih santai menanggapi godaan ayahnya.
"Ha ha ha … Daddy pikir kamu akan banting apa lagi setelah ini, makanya Dad buru-buru ke sini. Walau membelikan laptop baru bukan hal sulit untuk Daddy, sih!" Mata Ren menatap ke laptop baru Jun di atas meja yang berharga puluhan juta.