Amel mendengarkan ceritaku kemarin malam dengan seksama, dia tidak seperti biasanya selalu kepo terhadap kejadian yang tidak dia ketahui. Amel kembali berdiri membenarkan rok mininya itu yang hampir terangkat karena posisi duduk jongkok di tangga. Dia mengibas-ngibaskan debu menempel pada roknya, yang membuatku sedikit menyingkir menghindar tidak mau terkena kebulan demu.
Aku menanyakan kepada Amel kapan kita pulang, pasalnya aku tidak membawa pakaian lebih dan besuk adalah hari dimana semua kegiatanku di kampus dimulai. Aku tidak mau membuat proyek kampusku terbelangkalai begitu lama, meskipun sudah kukerjakan tinggal finishing saja.
Dia tidak memberikan jawaban pasti kepan kita bisa pulang. Ujarnya Desa X berada sangat jauh dari perkotaan, jauh dari ibu kota, bahkan jauh dari keramaian orang-orang munafik serta iklan sponsor yang memadati setiap papan reklame jalan kota.