Jam empat sore.
Riski kembali ke kediaman Maria lagi. Setelah mendapat nasehat dari pak tua itu, dia jauh lebih bebas dan mudah. Kesempatan itu tidak begitu mudah ditemukan. Jika bukan karena pak tua itu, akankah dia memiliki pemikiran seperti itu sekarang?
Jika tidak ada lelaki tua, Riski khawatir Ia bukan siapa-siapa!
Karena ini adalah kesempatan, maka saya harus memegangnya dengan kuat. Juga, masalah Arsila bukanlah masalah besar di matanya sekarang. Bagaimanapun, wanita yang dia inginkan, siapa yang akan mencoba memindahkannya ?!
Pada awalnya, setelah menghabiskan sepuluh hari bersamanya, dia masih memiliki beberapa kekhawatiran setelah dia pergi, dan sekarang pada dasarnya mereka tersingkir dalam kata-kata lelaki tua itu.
"Wah, kau kembali?" Maria menatapnya kosong. Pria ini sebenarnya telah mengecewakan kebaikannya. Dia secara alami mengetahui hobi Riski, dan dia tidak bisa memahaminya sekarang.
"Kembali." Riski tersenyum tipis.
