Indah menatap langsung ke Riski, menghela nafas dalam hatinya, dan tersenyum di wajahnya, "Sebenarnya, aku tidak keberatan. Selama kamu memperlakukanku dengan baik di masa depan, aku tidak peduli."
Mata Riski berkedip. Dia terkejut bahwa dia bisa memiliki pemikiran seperti itu. Sulit untuk tidak mengejutkannya. Di permukaan, semua orang dapat melihat bahwa dia adalah wanita yang sangat kuat, tetapi sekarang tampaknya dia telah memilih untuk mundur. Tujuannya hanya untuk tidak mempermalukan diri sendiri.
Menghadapi gadis seperti itu, Riski tidak bisa memberikan apa pun, kecuali sedikit rasa bersalah, dan mengangguk, "Itu pasti."
"Sudah beres. Kamu tidak diizinkan untuk membuatku kesal atau menggertakku di masa depan.
"... "
Riski benar-benar lega setelah membujuk Indah. Hal semacam ini pada awalnya sulit dilakukan, tapi dia tidak berharap semuanya berjalan lancar. Benar saja, wajah tampannya menolong.
