Dua puluh menit kemudian.
Riski mengemudikan mobil dan bergegas ke kediaman Hera. Dia tahu kemarin terlalu sibuk, jadi dia menjelaskan sesuatu kepada Hera, tapi dia sedikit malu hingga Hera tidak menghubunginya tepat waktu setelah ada masalah.
"Ayah!" Dera meraih mainan berbulu yang dibeli dengan harga murah itu dan berlari sambil tersenyum.
Riski tersenyum dan meremas wajah kecilnya, menatap Hera dan berkata, "Ada apa?"
"Ini seperti ini…" Hera mengatakan sesuatu yang tak terkatakan.
Ternyata Dera tidak memiliki identitas hukum, yaitu rumah tangga kulit hitam seperti kata pepatah! Dia tidak menghiraukannya pada awalnya, tapi sekolah tanpa identitas formal tidak akan diterima. Di Bandung ia tinggal di desa, jadi tidak apa-apa, tapi sekarang berbeda. Tidak ada sekolah di Sekolah Menengah Jakarta yang menerima anak dari keluarga kulit hitam. Jadi ketika Hera menjalani prosedur penerimaan, ada yang tidak beres.
"Itu dia ..." Riski duduk di sofa dan menyentuh dagunya.