'"aku tau kau gak lagi mengerjakan tugas malah diam-diam lagi bikin sebuah cerita kan ?", ujarnya tanpa menengok buku yang kupegang.
"Haaah..? da…darimana kau tau itu ?!"
cengingisan "taulah…,aku kan sahabatmu dan kau mudah sekali ditebak "
Kubungkam mulutnya yang sangat berisik memaksanya untuk duduk, semua orang diruangan berpaling melihat kearah kami,"kumohon berhenti berbicara keras, ini diperpustakaan…pintaku.
"mm..mhh..mm…,rontanya sambil mengangguk.Tiap hari ribut, gadis ceria inilah yang selalu menjadi sumber ketidaksepianku. Kesepian ? emang pada kenyataannya dia adalah satu-satunya teman yang kupunya.
"ntar masukin aku jadi pemain utamanya ya ! bisa gak… ? ", pintanya
"kalau pemainnya sempurna kayak kau jadi sedrama apa bukuku nanti, balasku mengolok.
"Tenang saja …,kalau gak ada yang nerbitin bukumu biar aku yang ngelakuin buatmu"
"sudah kubilang jangan ngelakuin hal semacam itu untukku"
"kenapa…? kita temankan? Dan seorang teman harus membantu teman lainnya", terus saja berceloteh. Sikap yang benar-benar seenaknya. Apa memang semua anak orang kaya begitu
Fine! Aku sadar dia memang baik pada semua orang apalagi padaku, kenyataan lain dia juga tidak pernah bisa membaca situasi, kalau saja bertemu dengan orang jahat mungkin sudah dimanfaatkan keluguannya itu."shaki please…! Kan sudah ku bilang aku tak ingin orang lain beranggapan kalo kita berteman hanya karena aku ingin manfaatin kamu, Oke?!"
"Baik...baiklah…,aku tau pasti omongan konyolmu itu terus yang bakal kau lontarkan padaku"
"Aku tau kau ingin membantu tapi kumohon pahami juga perasaanku", coba merayunya dengan senyumku."tapi…berjanjilah bila kau butuh bantuanku bilang saja oke?!"
Kepalaku langsung kuanggukkan."Baiklah, aku harus pergi masih ada kelas yang mesti aku hadiri, mulai berdiri dari tempat duduknya. Jangan lupa nanti pulang tungguin aku didepan kampus", dengan melambaikan tangannya berlari keluar perpustakaan sampai orang sekitar melototiku lagi karena kelakuan berisiknya yang tak tau tempat.
Setidaknya dia sudah pergi dan tak akan menggangguku untuk beberapa jam kedepan sehingga aku bisa mencari buku buat referensi ceritaku, ingin kutulis sebuah kisah nyata tentang kehidupan, membosankan ? yang terlintas diotakku, tak seberani itu untuk menceritakan akan diriku, kehidupanku tak luar biasa, memiliki adik yang cuek dan seorang ayah begitu posesif apa bagusnya cerita semacam itu.
Seseorang menabrakku keras, aduh! aku berdiri dan terjatuh! badan dengan tinggi rata-rata 175 begitu atletis semacam peolahraga, tak sadar telah menyeruduk tubuhku dengan membawa setumpuk buku. Benda yang berada ditangannya langsung jatuh menimpaku.
Seperti ada bintang-bintang memutar diatas kepalaku, ingin berdiri tapi kepalaku terasa pusing karena buku-bukunya. Dengan lancangnya Kyaaaa…badanku terangkat! Tangan seseorang menggamitku dan pandangannya langsung berada tepat dihadapanku.
Waktu seakan terhenti ! Woow! satu kalimat yang memenuhi hatiku,meski mataku sedikit buram saat melihatnya. Rambut terurai kedepan dengan mata bulatnya yang dibalut kacamata, hidung mancung, rahang pipi yang tegas,warna kulit kuning langsat yang bersih apalagi ukuran tubuh yang dimilikinya, benar-benar…Menawan! Untuk ukuran seorang cowok yang kutu buku (kesimpulan yang kutarik dari beberapa buku yang dibawanya) ini bukan mimpi atau difilmkan. Terbayang-bayang
"Kau gak pa-pa?!", tanyanya padaku yang sedikit linglung karena terkena sihir kharismanya.
Siapa nih Cowok? Pekikku dalam hati. Tangannya melambai-lambai didepan mukaku yang sedikit melamun.
"Eh...eh...a...aku baik-baik saja kok",ujarku tersadar.
"Baguslah…,aku pikir kau akan gagar otak karena kejatuhan buku",oloknya.
"Bukumu?" Reisa melihat buku cowok itu terbengkalai dilantai, "bukumu jatuh semua…", kucoba jongkok untuk membatu mengambilnya tapi…Tangan besarnya menggait lenganku refleks. "Tak perlu aku bisa ngelakuin sendiri", sambarnya.
"Baiklah…",jawabku gugup. Tangan besarnya menyentuh lenganku, Sadarlah Reisa!
Posisi jongkok dan menunduk, gayanya ketika memunguti satu persatu buku yang tadinya terjatuh. Gambarannya seperti ada seorang pangeran tampan yang menunduk dihadapanku sekarang. Mengesankan! Setelah selesai cowok itu melangkahkan kakinya pergi. Tiga langkah kedepan Ia mulai berhenti.
Badannya bebalik dengan wajah cueknya berkata "Maaf…".Kalimat yang dikeluarnya membuatku terilusi sedetik."Jika kepalamu masih sakit pergilah ke ruang kesehatan"
Badanku tak bisa beranjak dari tempatku berdiri melihatnya jalan menjauh meninggalkanku disana dengan tatapan masih terpesona.
Deg! Jantungku terasa masih berdegup kencang. Untuk pertama kalinya merasakan hal yang semacam ini, tak ada kalimat yang bisa mengekspresikan perasaanku sekarang . Oke asumsiku salah! Masih ada cowok tampan yang menyukai buku dan aku menyaksikannya sendiri, kalau pinter iya kali ?, kebanyakan realitanya jelek dan berkacamata. Ya Tuhan siapa dirinya…? Tanyaku penasaran "siapa Namanya?" reisa bergumam sendiri setelah si cowok itu sudah berlalu pergi.
Jika ditakdirkan semoga bisa bertemu kembali. Berharap.
"woee…sammy… gimana udah dapat buku-buku nya?"
Tangan kanan menengadah kedepan meminta bukunya, yang bersangkutan malah gak konsen."hello…,ada apa? Tumben si jenius ini ngelamun? Kalau ngelamunin cewek sih masih mending, la… ini yang dipikirin rumus matematika mulu loe"
"Ini…, setumpuk buku langsung dilempar ketangannya. "bawa sendiri"
Plaak! salah satu buku diangkat dan dipukulkan ke kepala untuk menyadarkannya.
"ada apa sih kok ngelamun? biasanya lebih suka baca buku daripada ngelamun kagak jelas"
"Hentikan…, Jangan sentuh kepalaku yang berharga", bentaknya sembari mengelus dibagian yang sakit. Kakaknya malahan terkekeh . "adikku sayang…
"Si jenius akan payah tanpa otaknya, papa bahkan bilang jangan ganggu adikmu karena dia akan sibuk menggantikan posisiku", guraunya. Rambut ,tubuh,wajah adiknya dipandang lekat-lekat semua yang dimiliki adiknya bahkan hampir sama dengannya, kemungkinan isi kepala dan penampilan yang sudah bikin berbeda dari dirinya.
Haaah…, menghela napas berat. Kakaknya mulai serius.
"Kau itu anak kebanggaan papa sedangkan aku bisa berbuat apa?"
"Berhenti berpikiran konyol", adiknya membalas sedikit sewot.
"Santai saja…, gue tau loe gak akan ngabaikan abang loe inikan?
Sammy hanya melengos tak menghiraukan,"BTW…,tadi dikampus loe lihat si aurel gak ?, pertanyaannya mengalihkan pembicaraan.
"kau nanyain dia lagi?! aku gak ngelihat siculas", jawabnya singkat.
"jangan panggil dia kek gitu?! Rindu juga sama dia, beberapa hari gak ketemu dan udah lama juga dia gak main"
"Otakmu emang perlu diperbaiki, kau tau siapa diakan?!, jangan berbuat keanehan atau papa akan sangat marah"
"I know…,She's a stepsister, punya sodara secantik dia gimana bisa tenang, waktu pertama kali ketemu, dia adalah cinta pertamaku dan bla..bla..bla…kakaknya mulai terus mengoceh seperti biasanya. Adiknya menggelengkan kepala,apa yang dikatakan kakaknya sungguh bukan hal yang wajar.Menyayangi sesama saudara memang wajar tapi jika ada ketertarikan sesama saudara apa mungkin jadi persoalan yang biasa. Cinta memang tak memandang berapa umur ,seberapa tinggi derajat (kaya atau miskin) seberapa tinggi tampang level kalian, dirasa hati sudah nyaman bersama dengan seseorang, saling mencintai jadi hal yang biasa.