Tak kulihat Nurlela di dapur, di halaman belakang pun tak ada,
biasanya pagi pagi begini Nurlela sudah menyeduh kopi dan membuat kan ku gorengan untuk teman minum kopi.
Tapi tak ada apa apa di atas meja makan,
Suara ke dua anak ku pun tak ku dengar, kemana mereka?
Sepagi ini .
Pagi ? Hehehe, sekilas ku lirik jam dinding ternyata pukul 9 pagi lebih,
sudah tak pagi lagi.
Kebiasaan bangun siang yang membuat Nurlela kesal dan kadang membuat wanita itu marah marah.
Suara riuh celotehan anak anak ku terdengar di teras depan,
Ah itu mereka datang, tapi tak ku dengar suara Nurmala.
Kujerang air untuk membuat kopi, sepeut rasanya bila belum ngopi, kebetulan jari ini aku masih jadwal libur, bisa aku malas malasan dulu di rumah hehehe,
"Hey ! abang sesudah bangun rupanya " suara Nurmala di belakang ku,
Ku balikan badan, tersenyum padanya, menikmati kopi yamg masih mengepul panas .
"Sudah, abang sudah bangun dari tadi Nur"
Nurlela mengangkat kedua alis nya serasa tak percaya.
"Nur tak percaya, abang bangun dari tadi, baru sebentar Nur pergi ajak anak anak ke tempat mbak Yani"
Yani kakak perempuan nya, yang tinggal agak jauh dari tempat ku,
Nur kerap mendatangi kakak nya membawa kedua anak ku,
Mau apa lagi kalau tidak sambil pinjam uang atau minta sesuatu,
Keadaan Yani memang lumayan mampu, rumah nya pun bertingkat jauh dengan kondisi rumah ku, yang selalu di keluh kan Nurlela karena sudah banyak kerusakan di setiap ruangan nya.
Pasti lah istriku tak percaya kalau aku bangun dari tadi, Nurlela sudah paham kebiasaan bangun ku,
yang selalu lewat dari pagi alias siang.
"Semalam Abang nonton bola sampe subuh" bela ku sambil garuk garuk kepala tak gatal,
"Gak ada goreng pisan atau yang lain nya Nur ?" Lanjut ku.
Siapa tau Nurlela berbaik hati mau beli ke warung bu Yayah di depan rumah.
Nurlela terdiam, dia sibuk memainkan gawai nya, sedikit pun tak menanggapi permintaan ku.
"Serius banget Nur, lagi ngapain sih " tanya ku penasaran, kulirik ponsel nya, tak jelas apa yang dia main kan dengan benda pipih itu
"Cuma liat liat jualan online bang seneng aja" akhirnya Nurlela menjawab dengan mata masih tak lepas menatap ponsel nya .
"Beli in Abang gorengan Nur, mungkin di warung Bu Yayah jam segini masih ada " desak ku agak memaksa, kesal juga aku melihat istri ku tak menghiraukan permintaan ku.
"Bang, sekali Abang ngomong aku udah dengar, Nur tak jawab karena gak ada duit lagi, tadi pulang dari rumah mbak Yani, Nur belanja sayuran" Suara Nur terdengar nyaring , hampir aku terguling dari kursi yang ku duduki, saking kaget nya dengar suara wanita yang ku nikahi 7 tahun yang lalu itu berkata dengan suara melengking.
"Ya sudah! ,gak usah pake nyolot gitu Nur, biar Abang
ke warung Bu Yayah beli sendiri " aku berdiri dan beranjak pergi.
"Nah gitu dong, jangan cuma bisa nya tinggal nyuruh doang, lagian Abang masih ada duit, kasih kek ke Nur " kudengar Nurlela menggerutu,tak ku hirau kan.
Nikmat rasanya nyeruput kopi panas, mengisap rokok di temani gorengan walau pun sudah dingin,
Itu pun untung masih ada sisa di warung bu Yayah.
"Bang !" Bentak Nurlela membuyarkan kenikmatan ku.
" Apa Nur ?" Aku menoleh ke arah istriku yang sedang sibuk meracik sayuran untuk menu makan siang nanti.
"Nasib Nur di rumah ini gimana ?" Masih seputar benahi rumah ternyata.
"Sabar dulu Nur, Abang blm kefikiran dapat uang nya dari mana " aku menarik nafas panjang rasa nya bingung , dapat duit selain dari gajih setiap bulan harus bagai mana.
"Ya Bang Nur juga ngerti Abang gak bisa kerja sampingan, cuma ngandelin gajih bulanan doang "
Aku mengangguk, ku comot goreng pisang terakhir di piring ,
"Tapi setidak nya Abang bisa lah cari pinjaman ke siapa gitu, atau pinjam lagi ke kantor aja bang " ujar Nurlela, usul yang tak mungkin bisa terjadi,
Belum aku menjawab dia ngeloyor berjalan ke depan, karena terdengar suara tangis Mimi anak bungsu ku, bocah 3 tahun itu pasti di ganggu kakak nya.
"Cup cup cup udah berhenti nangis nya sayang , di sini sama ayah. " Nurlela menenangkan Mimi , menyerah kan bocah itu ke pangkuan ku.
Aku merengkuh Mimi, tangis bocah itu langsung berhenti.
"Nanti lagi kita bicarakan, kasian Mimi mau Abang ajak main ke depan" aku berdiri memangku Mimi berlalu meninggalkan Nurlela yang pasti dongkol karena tak ku tanggapi ucapan nya.
" Bang! Abang ! " Teriak Nurlela
Kudengar dia memukul meja dapur, aku tersenyum, mengabaikan panggilan nya.
Maafin Abang Nur.
Bukan Abang tak mau memberikan kehidupan seperti orang lain.
Sabar dulu
ya !
Syukurin dulu keadaan kita begini, biar kita jalani aja siapa tau ada rejeki ke depan nya,
Aku bergumam sendiri
Yang penting Abang masih punya kerja, anak anak sehat, kita gak kekurangan makan.
Walau pun masih suka ngutang ke warung.
Mbak Yani mu itu masih mau bantu kita.
Harum masakan dari dapur yang
tercium menggugah lapar di perut ku,
Walau pun tadi sudah ku lahap lima potong gorengan dari warung Bik Yayah .
Aku tau sebentar lagi suara Nur pasti nyaring terdengar,
Menyuruh ku mandi dan mengajak ku untuk makan.
"Bang ! mandi dulu, sekalian benerin kran bak mandi tadi kayanya lepas "
Suara teriakan Nurlela terdengar jelas, tak salah dugaan ku,
Kebiasaan istri ku yang manis, suara nya stereo.
Perlahan ku berjalan, ku tinggal kan Mimi yang sudah kembali bermain dengan Deri anak sulung ku, ku raih handuk di depan pintu luar, baru aku menutup pintu kamar mandi,
Nurlela kembali berteriak.
"Jangan lama mandinya bang! kita makan !"
Benar kan, istri ku seperti sudah di program setiap hari itu yang dia teriakin menyuruh mandi dan menyuruh sarapan setelah mandi.
Tapi tadi ada permintaan lain, benerin kran bak mandi,
Tapi biarlah, lain waktu aku memperbaikinya, karena harus beli kran baru, walau berapa kali kran itu di perbaiki pasti akan bocor dan bocor lagi kalau selama masih pakai yang lama.
Bila nanti saja lah beli yang baru, karena pasti tak cukup hanya beli kran saja, harus dengan paralon dan kendi sambungan, duh berapa biaya yang harus di keluarin, gerutu ku.
Lama di kamar mandi membuat Nurlela berteriak.
"Bang! Kamu mandi apa pingsan!?
atau semedi, kran gak akan bener dengan cuma di lihat doang!"
Kaget aku mendengar omongan Nurlela, kok tau aku cuma bengong, mandi pun belum, aku terhanyut lamunan dan memikirkan biaya ganti kran, jangan kan biaya ganti semua kerusakan rumah jadul ini, biaya ganti kran saja aku sudah puyeung,
Akhirnya aku membasahi badan ku, mandi dengan tergesa, biarlah kran bak aku kerjakan nanti lagi saja, toh memang belum ada duit nya, paling Nurlela ngomel ngomel karena kesal.
Ya aku memang suami yang selalu bikin kesel!
Hari ini libur kerja ku sama sekali tak ada yang aku kerjakan,seperti biasa hanya aku habiskan di rumah,makan ngopi dan tidur.hehehe.
***