Andra tak menyerah. Ia kembali menghubungi nomor tersebut. Lagi dan lagi ia harus menunggu. Jawaban yang sama. Nihil. Telepon Andra kembali tak diterima. Karena kesal, pria itu meletakkan ponsel dengan gerakan kasar ke meja. Andra mengacak rambutnya sendiri sampai berantakan. Ia pusing, harus bagaimana lagi caranya bisa mendapatkan Fira. Merebut yang sedari awal memang miliknya.
Pikiran kusut membuat penampilan Andra semakin kacau balau. Entah sudah berapa kali ia mengusap wajahnya kasar. Berharap, ada ide yang bisa masuk ke kepala. Mungkin karena suasana hatinya yang sedang tidak membaik, membuat Andra menjadi kesulitan dalam berpikir jernih. Ia kalut, tergulung dengan permasalahan yang entah kapan bisa terselesaikan. Dia hanya ingin Fira kembali. Hanya itu saja. Tidak ada yang lain lagi.