"Kenapa mereka belum keluar ya?" tanya Alvaro saat tiba di depan ruangan ortopedi.
"Tadi mereka baru masuk, Tuan. Soalnya ada pasien lain," sahut anak buah Alvaro.
"Oh pantes saja, ayo Sayang duduk dulu!" ajak Alvaro.
"Panggilanmu, gak enak kalau di dengar yang lain." Zeline merasa risih saat Alvaro memanggilnya seperti itu di depan anak buahnya.
"Memangnya kenapa, lagian biarin saja mereka. Karena mereka gak akan pernah menertawai kita juga, mulai hari ini aku akan panggil sayang terus." Alvaro malah kekeuh dengan senyum sumringahnya, Zeline hanya mendelikkan matanya.
Setelah menunggu lebih dari setengah jam, akhirnya Refael keluar dari ruang praktek dokter ortopedi. Mereka pun mendekati ke arah Zeline dan Alvaro yang sedang duduk, terlihat kaki Rafael sudah tidak mengenakan gips tapi memakai perban khusus.
"Sudah di buka gipsnya?" tanya Alvaro.