"Tuan, maafkan saya. Karena sudah lalai dalam bekerja, harusnya saya lebih waspada dan memprediksi ini semua. Tapi saya begitu bodoh sampai membuat Anda celaka, harusnya saya sudah mengantisipasinya bahwa kejadian ini bisa terjadi. Tapi saya susah lalai dengan membiarkan semua ini terjadi," ungkap Rafael sambil duduk di samping ranjang rawat Alvaro.
Alvaro memejamkan matanya dengan begitu tenang, seperti seseorang yang kelelahan dsn berisitirahat dengan nyaman. Alat-alat medis memenuhi tubuh Alvaro, pria tangguh itu seketika terlihat tidak berdaya. Hal itu membuat Rafael semakin merasa bersalah, tidak terasa bulir bening juga jatuh di sudut matanya. Dia yang biasanya kuat, kini sama tidak berdayanya.