Tanpa Green sadari Rival sudah terbangun dari pingsannya, melihat Green tepat di samping membuat Rival terkejut dan menganggap Green adalah ancaman. Dengan sekali dorongan itu membuat tubuh Green terpelanting jauh, membentur langit-langit.
"Aaakkhh!!" teriak Green saat tubuhnya terpelanting dan membentur dinding langit-langit.
Mata merah Rival meredah tidak bercahaya dan menakutkan lagi, ia tersadar dari amarahnya yang tiba-tiba.
"Green?" Panggil Rival mencoba mendekati Green yang terpelungkup dengan rambut yang menyembunyikan wajahnya. "Green. Kau tidak apa-apa?" Panggil Rival kembali sedikit khwatir.
"Akkh! Badan ku ..." Rintih Green mengerang menahan sakit.
"Maafkan aku, kau tidak apa-apa?" tanya Rival.
"Apanya yang tidak apa-apa!! Kau melemparku lima meter jauhnya!!" ucap Green tidak terima dengan pertanyaan Rival, dengan kasar Ia mendorong tubuh Rival yang jongkok pun jatuh terduduk.
"Apa yang terjadi pada mu? Kau seperti habis mimpi buruk saja!" ujar Green me coba membersihkan seragam sekolahnya.
"Sedang apa kau di sini? Dan kenapa aku di sini?" tanya Rival mencoba melihat sekeliling ruangan.
"Tadi pagi kau membuat keributan, kamar Habil dan Qabil hancur karena mu." jelas Green.
"Dan kau sendiri di sini untuk apa?" tanya Rival serius. "Ingin bertemu Habil?" tambahnya.
Ucapan itu membuat malu Green dengan cepat Ia menyingkirkan wajahnya agar tidak terlihat Rival, kalau ia sedang malu. Rival mencoba berdiri, Ia merasakan nyeri pada dada, entah kenapa Ia merasa ada luka di sana dengan cepat Green menangkap tubuh Rival untuk tidak jatuh di dekatnya, jika itu sampai terjadi tubuh Rival pasti akan menindih dirinya, itu pasti sangat berat.
"Kau ini kenapa sih!?" tanya Green kesal, mencoba meletakkan Rival pada ranjang. "Sudah, aku lebih baik pergi saja." Berjalan keluar dari ruang kesehatan. Merasa sudah jauh dari Yumboeath Green mencoba memperhatikan tangannya, mencoba merasakan sentuhan telapak tangan Rival, entah kenapa Ia merasa tidak begitu asing dengan sentuhan tersebut.
"Hayo, kamu bolos tanpa kami ya?" tanya seorang wanita dengan cepat memeluk leher Green.
Green sangat panik dan ketakutan mencoba melepas tangan wanita itu dengan kasar, yang ternyata itu adalah Lisa bersama dengan Lyne.
"Green apa yang terjadi dengan mu?" tanya Lisa.
"Maafkan aku, aku pikir kau adalah ancaman." ucap Green sedikit takut.
"Ancaman? Bagaimana bisa di sekolah ini ada ancaman!?" tanya Lyne.
"Aku habis dari hutan, wajarkan aku mengatakan itu." jawab Green membela diri.
"Wow, apa kau bertemu monster di hutan? Apakah dia mengancam mu?" tanya Lisa penasaran, namun Green tidak mempedulikannya, Ia terus berjalan menjauh dari mereka.
Sikap Green membuat Lisa kecewa. "Ada apa dengan anak itu? Apa dia punya masalah?" tanya Lisa.
"Aku tidak tau, kau tanya saja padanya sendiri." ucap Lyne dingin.
Lagi-lagi Lisa merasa kecewa dengan kedua temannya. Saat Lisa ingin menyusul mereka, sebuah asap hitam terbang merangkak mendekat pada kakinya, tanpa Lisa ketahui, entah asap apa itu yang jelas Lisa tidak mengetahui keberadaan asap tersebut.
~*~
Suara tawa seseorang membuat Rival terbangun dari pingsannya dengan keterkejutan, Ia mencari sosok Green yang ternyata sudah pergi dari ruang Yumboeath. Rival mencoba berdiri mempersiapkan diri untuk kembali saja ke kamar atau ke kelas.
Dibukanya pintu ruang kesehatan, tanpa sengaja Ia melihat Lisa berdiri membelakangi, tanpa menaruh curiga Rival tidak mempedulikannya tetap jalan begitu saja, namun niatnya berubah saat Ia merasakan aura negatif saat melewati Lisa. Rival bisa saja berpura-pura tidak peduli dengan itu, tapi dia adalah Lisa dan Ia mengenalnya.
"Lisa. Sedang apa kau di sini?" tanya Rival.
"Bunuh .... Bunuh mereka."
"Lisa?" Panggil Rival.
Dengan pelan Lisa menoleh ke belakang. "Hai Rival." Sapanya.
"Sedang apa kau di sini?" tanya Rival.
"Aku. Aku akan membunuh mu!!" Lisa me dorongan Rival hingga terjatuh bersama, mencoba mencekik sekuat tenaga.
Rival begitu terkejut , dengan susah payah Ia berusaha membebaskan diri dari cekikan Lisa yang sangat kuat, bukan hanya itu Lisa juga mencoba menusukkan kuku pada leher Rival.
"Aakk!!" Rival berteriak sekencang mungkin dan berharap ada yang mendengar teriakannya terdengar oleh orang yang lewat. Tapi sepertinya itu tidak akan terjadi dengan susah payah Rival mencoba membebaskan diri.
"Si-Siapa kau?" tanya Rival menahan sesak.
"Seharusnya kau mati, kenapa Tuhan memberikan mu keabadian! Kenapa!!"
"Aak .... Li .... nngg ... Lisa ...."
"Lisa!!" teriak seseorang, ternyata itu adalah Habil dan Qabil yang kebetulan ingin menjenguk Rival. Mereka mencoba menarik Lisa dari atas tubuh Rival, menarik-narik namun cengkeraman Lisa tetap tidak terlepas dari leher Rival.
"Aaakk!!" teriak Rival, membuat mata merahnya menjadi lebih terang dengan sekuat tenaga Ia mencoba menggunakan kekuatan untuk mengeluarkan arwah yang merasuk dalam tubuh Lisa.
Aaakkk!! [ Arwah itu berteriak nyaring saat keluar dari tubuh Lisa ] Tapi sepertinya arwah itu tidak ingin lepas dari sana, dengan bergegas Rival mencoba memeluk Lisa untuk berdiri dan meninggalkan tempat tersebut.
Mahkluk asap hitam itu mencoba mengejar ke mana pun Rival berlari, namun saat ada seseorang yang lain berpapasan dengan mereka, mahkluk itu merasuki tubuh orang tersebut.
"Sial!" Rival mulai kesal, dengan perlahan mencoba meletakkan Lisa pada kursi yang tersedia di sana.
"Apa yang kau inginkan!" tanya Rival dengan nada tinggi.
Laki-laki yang dirasuki menunjuk Rival.
"Kau, tidak seharusnya kau hidup." ucapnya.
"Aku tidak mengerti apa yang kau maksud?" tanya Rival tidak mengerti dengan ucapan makhluk itu.
"Aaakk!! Mahkluk apa itu?!!" teriak Lisa sadar dari pingsannya. Bukan hanya bisa dengan mata tembus pandang, Lisa juga bisa melihat wujud asli mahkluk yang merasuk ke dalan tubuh manusia.
"Aku sudah salah mengambil orang rupanya." ucap mahkluk tersebut.
"Rival apa kau mengenalinya?" tanya Lisa.
"Diamlah atau pergi saja." ucap Rival lewat batin. Lisa menelan air liurnya mencoba untuk tenang. "Aak!! Aku tidak bisa!!" teriak Lisa mencoba melarikan diri.
"Kemari kau!!" teriak mahkluk tersebut.
Dengan cepat Rival mencoba mencegah mahkluk itu untuk tidak mengejar Lisa, namun tetap saja mahkluk itu bisa melepaskan diri dari tubuh manusia yang ia rasuki dengan sigap Rival harus menangkap tubuh tersebut agar tidak terjatuh membentur lantai dan meletakkan di tempat yang aman, jika orang tersebut terbangun dari pingsannya.
Dengan cepat Rival mencoba menyusul Lisa yang masih di kejar-kejar mahkluk tersebut, dengn memotong jalan memutar bertujuan agar lebih cepat sampai dengan Lisa, tapi tidak ada jalan pintas itu selalu mulus, Rival harus naik ke atap untuk menyusul.
"Terus lari Lisa." ucap Rival dalam batin.
"Apa? Kenapa dia selalu mengejarku." tanya Lisa yang tidak bisa membalas batin Rival karena ia tidak mengerti bagaimana caranya, bahkan ia belum mempelajari itu walaupun guru selalu menjelaskan di kelas.
"Akkk!" Lisa terus berlari berteriak yang ia bisa.
"Tidak! Jangan ke area sekolah!" Pintah Rival.
Lisa pun berbelok kembali. "Terus aku harus ke mana?" tanya Lisa mulai panik.