Chereads / Sekolah Sihir: Keajaiban Tersembunyi / Chapter 14 - Chapter 14 : Queensha VS Truly , siapa yang paling kuat?

Chapter 14 - Chapter 14 : Queensha VS Truly , siapa yang paling kuat?

Rival tidak tahu kalau sekarang ia sebagai bahan pembicaraan seluruh penghuni sekolah, ia tahu apa yang ia lakukan, tapi mau bagaimana lagi, ini sudah menjadi takdir.

"Itu bukannya murid yang di serang mahkluk hutan, kan?"

"Iya, katanya dia di tusuk cukup besar di bagian dada, tapi kenapa dia seperti tidak terjadi apa-apa ya?"

Rival menutup buku bacaan, mencoba menoleh ke belakang membuat kedua murid perempuan itu terkejut.

"Apakah dia tau kalau sedang dibicarakan?"

"Ayo lebih baik kita pergi saja."

"Tunggu!" Panggil Rival. Ia pun berdiri dari duduknya menghampiri kedua murid tersebut. "Bisakah kalian tidak membicarakan itu!" Pintah Rival.

"Maafkan kami, kami hanya terkejut, bagaimana bisa kau sesehat ini sekarang-"

"Kalau kami sudah mati pastinya." ucap temannya memotong ucapannya.

"Ya, itulah kekuatan ku. Jadi apa itu menjadi masalah untuk kalian?" tanya Rival.

"Tidak apa-apa ko, kalau begitu kami pamit, selamat siang."

Rival melihat kepergian mereka yang berlari secepat mungkin.

"Dasar! Anak jaman sekarang tidak pernah memiliki sopan santun dalam bicara." ucap seseorang.

Rival mendengar itu suara seperti seorang wanita, tanpa ada rasa penasaran sedikitpun ia berjalan meninggalkan wanita tersebut dengan tatapan tidak percaya dengan apa yang ia dapatkan dari sosok Rival.

"Queensha." Panggil seorang wanita memanggil wanita bernama Queensha menoleh memberikan senyuman.

"Ya?" tanya Queensha.

"Wah, aku baru melihat mu, ke mana saja?" tanya wanita berhenti.

Queensha tersenyum hingga matanya yang sipit ikut terpejam. "Iya, begitu banyak tugas yang harus aku selesaikan." ucap Queensha berjalan bersama menuju kelas.

"Apa kau mengenalnya?" tanya si wanita.

"Siapa? Rival?" tanya Queensha menebak siapa yang dimaksud temannya itu. "Tentu, dia pilihan ayahku." ucapnya tanpa basa-basi membanggakan kedudukan ayahnya.

Dari kejauhan di lantai dua, Queensha tidak tahu kalau ia sedang diperhatikan seseorang, Truly.

"Wah, sepertinya tuan putri keluar dari kandang." ucap teman Truly.

Truly menoleh memberikan senyuman pada temannya itu dan kembali melihat Queensha yang asik berbicara dengan para murid yang penasaran dengan dirinya yang tidak muncul begitu lamanya.

"Aku dengar tuan Eric yang memerintahkan kedua saudara Bil itu untuk menjemput murid laki-laki yang kemarin hanya untuk melindungi putrinya." jelas yang lain.

Truly melihat orang tersebut. "Dari mana kau tau itu semua?" tanyanya.

"Astaga Truly sekolah ini terlihat luas, tapi aslinya hanya sejengkal jika kau terbang ke atas. Kau akan tau semua rahasianya." ucap temannya.

Truly hanya merepon dengan senyuman, kembali melihat Queensha yang ternyata sudah tidak ada di sana.

"Tidak baik memperhatikan orang diam-diam." ucap Queensha yang tiba-tiba ada di belakang Truly.

Truly menoleh.

Kedua teman Queensha mencoba mendorong teman Truly, mereka pun memilih mundur.

"Hai Truly, bagaimana kabar mu?" Sapa Queensha.

"Baik. Saat kau tidak ada." ucap Truly berterus terang.

Queensha tersenyum dan menoleh memberi isyarat pada teman-temannya untuk membawa teman Truly, mereka pun menurut, mencoba merangkul masing-masing teman dan berjalan meninggalkan mereka berdua. Tentu saja Truly tahu apa yang akan terjadi padanya, namun ia tidak begitu mempedulikan hal tersebut. Seluruh penghuni sekolah menonton mereka, berharap sesuatu akan terjadi.

"Kak Truly." Panggil seseorang.

Mereka menoleh bersamaan.

~*~

Aidan begitu benci dengan semua murid yang begitu berisik itu membuat telinganya sangat sakit dengan suara nyaring mereka. Namun tiba-tiba suasana kelas menjadi hening seketika, Aidin yang menutup kepalanya dengan jaket pun penasaran dengan apa yang terjadi. Ia pun membuka jaket yang menutup kepalanya, mengecek apa yang terjadi.

"Rival." Sebut Aidan, saat melihat siapa pelaku yang membuat semua diam seketika.

"Itu murid yang tertusuk parah itukan?"

"Iya aku dengar dia menolong murid wanita di kelas B dari mahkluk kegelapan di hutan."

"Kenapa dia tidak mati? Padahal tusukkannya begitu dalam."

Rival hanya diam, melangkah menuju meja yang ada di belakang tepat di samping Aidan, walaupun seluruh murid membicarakan tentang dirinya. Aidan terus melihat Rival dengan tatapan tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

Tentu saja itu membuat Rival tidak nyaman.

"Apa ada yang salah?" tanya Rival.

"Ba-Bagaimana kau masih bisa-"

"Tolong jangan tanyakan itu, aku sudah pusing mendengarnya." ucap Rival memotong ucapan Aidan.

Aidan pun menurut, namun ia masih ada rasa ngeri pada Rival. Keributan ini belum berakhir, sekumpulan murid perempuan masuk ke kelas mereka kalau dilihat dari model seragam, mereka adik kelas mencoba mendekati meja Rival.

"Kak Rival." Panggil salah satu murid perempuan yang berada di barisan depan.

"Ya?" tanya Rival kebingungan dengan kedatangan mereka. Rival mencoba melihat bentuk seragam mereka. "Kalian murid bawah?" tanya Rival.

Mereka mengangguk dengan semangat.

"Kak Rival sangat cocok dengan kacamata itu." ucap salah satu murid perempuan lainnya.

"Kelihatan tua gitu dibilang cocok." Gumam Aidan.

Rival mengetahui itu, ia pun memberikan senyuman pada murid-murid perempuan tersebut membuat mereka berteriak girang. Aidan tidak kuat lagi dengan kebisingan yang dibuat para adik kelasnya, Ia memilih keluar dari sana, Rival hanya melihat kepergian Aidan, namun itu tidak berlangsung lama, Aidan kembali masuk ke dalam kelas sengaja berjalan mencoba menerobos para adik kelas.

Aidan menghela napas panjang.

"Kenapa kau tidak berputar?" tanya Rival.

"Kau dicari Lisa dan Green." ucap Aidan.

Rival menoleh ke jendela. Kedua remaja perempuan yang menggintip dengan cepat memalingkan wajah mereka. Rival pun berdiri dari duduknya, berniat untuk menemui mereka. Sebelum Rival keluar dari kelas, kedua wanita itu mencoba berbalik membelakangi Rival, karena masih malu dengan kejadian siang.

"Ada apa kalian kemari?" tanya Rival, tidak begitu ambil pusing dengan perlakuan mereka padanya.

Green mendorong lengan Lisa untuk bicara.

"Aku dengar kakak kelas yang menolong mu sedang di bully!" ucap Aidan. "Itu yang kalian ingin ucapkan, kan?" tanya Aidan pada Green dan Lisa.

Kedua wanita itu pun berlari meninggalkan tempat mereka berdiri. Membuat Rival bertambah bingung dengan sikap mereka.

"Apa kau melakukan sesuatu pada mereka?" tanya Aidan.

"Tidak, hanya menunjukkan dada saja." Rival melangkah pergi.

Mendengar itu seraya membuka matanya cukup lebar, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Apa kau serius!" Menyusul Rival.

~*~

Rival mencoba melangkah menuju kelas tingkat atas, kelas untuk para senior sekolah sihir. Tanpa susah payah Rival sudah menemukan masalah tersebut, tentu saja kerumunan sejumlah murid senior berkumpul hanya melihat kedua senior yang terkenal sedang bertatap muka dengan raut wajah sini mereka. Rival yang melihat mereka dari bawah pun mencoba melompat untuk mempersingkat waktu, kalau pun ia berjalan menaiki tangga itu tidak akan mudah, karena ia masih harus berusaha menerobos para kerumunan murid yang menonton.

Tanpa di ketahui keduanya, Rival mendarat dengan sukses di lantai atas.

"Kak Truly." Panggil Rival.

Kedua wanita itu menoleh bersamaan. Dengan cepat Rival memberikan senyuman pada mereka. Tentu saja Queensha yang ingin dekat dengan Rival sangat senang saat tahu Rival di sana. Jujur itu membuat Rival tidak nyaman dengan wanita itu, auranya sama dengan yang ia rasakan di ruangan yang pernah ia kunjungi bersama Habil dan Qabil, walaupun ia hanya di depan pintu, aura ini benar-benar mirip.

"Hai Rival." Sapa Queensha mencoba mendekati Rival.

Saat Queensha mencoba mendekat, dengan cepat Rival melangkah mundur. "Jangan dekati aku!" ucap Rival merasa tidak nyaman.

Queensha tersenyum. "Kenapa? Aku fans mu juga loh." ucapnya mencoba merayu dan masih tetap ingin menyentuh Rival.

Dengan cepat Rival menepis tangan Queensha. Membuat seluruh murid yang menonton mereka terkejut, itu terdengar jelas di telinga Queensha, membuat dirinya sangat dipermalukan dengan penolakan tersebut.

Batin Queensha sangat marah, namun ia tetap memberikan senyuman pada Rival. "Baiklah, mungkin caraku salah. Maafkan aku." Melangkah pergi diikuti kedua temannya.

Sekilas saat Queensha melangkah tepat di samping Rival, matanya yang tajam melirik Rival. Rivak tahu, namun sepertinya ia tidak begitu mempedulikan hal tersebut.