Chereads / Sekolah Sihir: Keajaiban Tersembunyi / Chapter 9 - Chapter 9 : Mimpi Buruk

Chapter 9 - Chapter 9 : Mimpi Buruk

Rival tidak menjawab, ia memilih diam dan melompat ke atas untuk meninggalkan mereka.

Mereka melihat kepergian Rival.

"Anak yang aneh." ucap Lisa.

"Jadi, apa yang kalian lakukan di sini." tanya Habil.

"Jangan tanya kami, Green yang membawa kami ke sini." jelas Lisa.

Green merasa malu, membuat pipinya memerah.

"Maaf, tadi aku sekilas melihat kak Habil ketakutan dengan sesuatu, jadi aku segera datang ke sini." jelasnya.

"Apa hutan ini yang memberitahu mu?" tanya Habil.

Green mengangguk pelan, membenarkan ucapan itu. Pria itu pun tersenyum pada Green membuatnya kembali salah tingkah, dengan cepat ia memegang masing-masing tangan temannya untuk berlari bersamanya.

"Murid bernama Green itu, sepertinya menyukai mu." ucap seseorang melalui batin.

Habil terkejut. "Si-Siapa kau?" tanya Habil sedikit takut melihat sekitar mencari siapa yang berbicara melalui batin dengannya, kalaupun ada murid yang iseng itu tidak mungkin karena hanya Green yang bisa melakukan itu.

Bruk!

Suara seseorang menjatuhkan diri dari atas, Habil lagi-lagi terkejut, perlahan ia mencoba menoleh memberanikan diri untuk mengecek ada apa dibelakangnya. Saat mengetahui siapa, Habil bernapas lega.

"Memang yang kau pikirkan siapa?" tanya Rival tertawa kecil mencoba mendekati Habil.

"Aku pikir kau monster hutan." ucap Habil.

Mereka pun berjalan bersama.

"Apa mereka ada?" tanya Rival.

"Tentu saja, ini bukanlah Bumi."

Rival tersenyum.

"Kalau itu benar-benar monster apa yang akab kau lakukan ?" tanya Rival penasaran.

"Mungkin aku tidak akan selamat."

"Apa kalian tidak punya senjata untuk melindungi diri?" tanya Rival.

Habil menggeleng. "Entahlah, mau seniat apa pun kami belajar, tetap saja tidak bisa memiliki kekuatan mrlembela diri." jelas Habil.

"Untuk apa harus punya kekuatan, kenapa kalian tidak memegang senjata saja, seperti pedang misalnya." Usul Rival.

"Sebenarnya ada klub itu, apa kami harus gabung? Tapi sepertinya Qabil tidak akan suka."

"Coba dulu, baru komen."

~*~

Atas perintah Tuan Eric, Rival tidak diijinkan tidur dengan murid sekolah sihir lainnya, tentu saja Habil dan Qabil harus bertanggung jawab penuh pada Rival, mereka mempersilakan Rival untuk bergabung di kamar mereka. Dengan langkah perlahan Rival melihat seluruh isi ruang kamar yang terlihat kuno.

"Ini kamar mu." Qabil membukakan pintu kamar untuk Rival.

Remaja itu mencoba melangkah masuk untuk mengecek dalam kamarnya. Ini pertama kalinya ia memiliki kamar sendiri, biasanya ia hidup di jalan, bahkan tubuh remaja yang ia ambil alih untuk ia bertahan hidup lebih lama. Sebenarnya tubuhnya yang lama masih bisa dipakai, tapi dengan tubuh setua itu dengan hidup di jalan tidak ada satupun orang yang iba padanya. Itu sebabnya ia mencari mayat di kuburan dan kebetulan remaja ini baru saja dimakamkan. Baru menikmati sebulan penuh, dua pria misterius mengejar dirinya dan berakhir di sini.

Rival membuka satu persatu pintu yang tertutup. Sekolah sihir ini luar biasa, kamar sekecil ini memiliki ruang cukup luas saat kalian masuk ke dalamnya, setiap kamar memiliki kamar mandi masing-masing. Berbeda dengan kamar para murid di asrama.

Rival keluar kamar, melihat Habil dan Qasim sedang sibuk dengan pekerjaan mereka.

"Bagaimana Aidan, apa terjadi sesuatu padanya ?" tanya Rival mendekati meja kerja Qabil.

"Ia sempat takut dengan kematian mu." jelas Qabil yang masih sibuk bekerja.

"Lalu." Rival menarik kursi untuk duduk di dekat mereka, menikmati kue kering yang tersedia di meja, itu terlihat sangat tidak sopan, tapi mau bagaimana lagi, Qabil dan Habil sudah tahu Rival lebih tua dari mereka walaupun casing seorang remaja.

"Mungkin dia akan trauma untuk menggunakan kekuatannya." jelas Qabil.

Rival melipat kedua tangannya. "Aku akan bertanggung jawab untuk semua yang terjadi."

TENG! TENG! TENG!

"Apa itu?" tanya Rival menoleh melihat Habil dan Qabil.

"Tanda kalau kau harus segera tidur." ucap Qabil.

"Aku menyesal jadi bocah." Gerutu Rival, berjalan menuju kamar, setengah jalan ia berhenti merogoh saku celananya untuk mengeluarkan sesuatu. Habil melihat benda tersebut di atas mejanya.

"Carikan kacamata lain, maaf aku memecahkannya." Pinta Rival.

Habil mencoba meraih kacamata tersebut, namun gerakannya kalah cepat dengan Qabil, pria bermata abu-abu itu mengambil kacamata tersebut dari meja kerja Habil.

"Aku akan carikan yang baru." ucap Qabil.

Rival melihat Habil seperti kecewa karena tidak bisa menyentuh kacamata itu, Rival juga baru kenapa harus ada Qabil memberikan kacamata itu, kenapa tidak saat mereka berdua, bukan karena lupa, Rival memang sengaja agar Habil lebih penasaran dengan kenangan masa lalu dari kacamata tersebut.

"Baik, kalau bisa cepat, karena aku tidak mau semua melihat mata merah terkutuk." ucap Rival kembali menuju kamarnya.

~*~

Tengah malam seseorang berjalan menyusuri lorong sekolah sihir yang gelap, ia dibantu pencahayaan dengan obor yang ia genggam, entah siapa itu, wajahnya tidak tampak karena tertutup penutup kepala. Ia terlihat seperti pemandu doa gereja sekolah sihir atau sebagainya. Tubuhnya sedikit gemetar menahan takut akan sesuatu, entah apapun itu, itu membuat dirinya tidak nyaman seperti ada yang mengikutinya dari belakang.

Ia terus berlari untuk menyelamatkan diri dari orang misterius itu, berlari terus berlari, hingga ia terjatuh tersandung sesuatu.

"Tidak!!" teriaknya. Hingga suaranya bergema mengisi lorong sekolah yang gelap gulita.

"Hah!" Rival terbangun dari tidurnya dengan napas tersengal-sendal dan keringat yang mengalir ke pulupuk kepala walaupun kamarnya saat itu begitu dingin karena angin malam yang masuk melalui jendela kamarnya.

Rival mencoba menurunkan kedua kakinya dari ranjang, terdiam mengingat mimpinya barusan.

"Apa itu?" tanya Rival.

Rival Mendengar suara seseorang mengetik di ruang kerja dua saudara, dengan penasaran ia pun mencoba berdiri dari duduknya, berjalan menuju pintu untuk membuka dengan perlahan.

Suara seseorang mengetik terdengar jelas di telinga Rival, dengan rasa penasaran yang bertambah tinggi. Tiba-tiba saja suasana ruangan itu berubah menjadi terang seperti pagi, bahkan semua benda yang ada di ruangan tersebut diganti dengan benda yang lain.

"Kau masih di sini sayang?" tanya seorang wanita.

Rival membalikkan badan untuk melihat sosok wanita itu, namun sosok itu sudah berjalan menembus dirinya, membuat Rival harus terbangun kembali di kamar yang sama, napasnya semakin sesak seperti orang yang menderita penyakit asma.

PRANG!!

"Sekarang apa?" tanya Rival kembali keluar dari kamar.

Kini ia melihat sepasang kekasih bertengkar hebat, tidak terlihat jelas mereka siapa. Dengan susah payah Rival mencoba melihat wajah kedua orang tersebut, namun lagi-lagi ia kembali ke kamarnya dengan posisi terbangun dari sana. Rival terus melakukan itu tapi tetap saja itu tidak berhasil. Sampai akhirnya, ia melihat remaja laki-laki berdiri di depannya hanya terlihat bagian mata biru dengan tubuhnya hitam seperti bayangan. Rival menatap remaja bayangan itu cukup lama, sampai ia berjalan mendekati dirinya, perlahan mengangkat tangan menuju keningnya.

"Hah!" Lagi-lagi Rival terbangun, ia begitu sangat lelah dan berharap ia sudah kembali ke dunianya bukan mimpi.