Chereads / Sekolah Sihir: Keajaiban Tersembunyi / Chapter 6 - Chapter 6 : Rahasia

Chapter 6 - Chapter 6 : Rahasia

Lisa dan Lyne melihat tingkah laku Green yang terlihat jelas sekali kalau ia menunjukkan sebuah perasaan terhadap Habil. Memang kakak senior satu ini memang luar biasa memikat seluruh murid perempuan di sekolah sihir, bukan hanya murid mungkin guru dan seluruh staf pun merasakan hal yang sama dengan Green atau sebaliknya? Entahlah.

"Wah, mereka berjalan ke mari." ucap Lyne, menoleh ke belakang melihat Green yang sudah tidak terlihat.

"Hai Kak Habil." Sapa Lisa, mencoba melihat calon murid baru yang berdiri tepat di belakang Habil. Dari penglihatan Lisa remaja laki-laki itu seperti tidak begitu peduli dengan mereka.

"Hai Lisa, di mana Green?" tanya Habil hanya melihat Lisa dan Lyne saja di sana.

"Entahlah, mungkin dia sedang ada urusan lain. Itu sebabnya dia tidak bersama kami." jawab Lisa.

Lyne mencoba memperhatikan Rival, tanpa ada selah sedikit pun.

"Apakah dia yang buat masalah tadi pagi?" tanya Lyne tanpa basa-basi mengatakan hal tersebut .

Habil yang sibuk mengobrol dengan Lisa pun teralihkan oleh pertanyaan Lyne, itu juga membuat Rival yang sedari sibuk memperhatikan setiap sudut sekolah sihir, ia memandangi Lyne seperti bertanya apa maksudnya?

"Oh ya, perkenalan Rival. Dia murid baru, tapi aku tidak tau dia di kelas mana, aku harap kalian bisa akur. Rival mereka-"

"Aku tau, Lyne dengan kekuatan api, Lisa dengan kekuatan dapat menembus pandang satu benda dan," Rival mengangkat kepalanya melihat sebuah pohon yang berdiri di belakang kursi taman tepat di belakang Lisa dan Lyne. Semua menunggu Rival.

"Dan apa?" tanya Habil penasaran.

"Dan Green dengan kekuatan alamnya. Mau sampai kapan kau menjadi bunglon di sana?" Tambah Rival, bertanya pada Green yang sedari tadi berdiri memperhatikan mereka.

Lisa dan Lyne menatap Rival dengan terkejut. Karena Green sudah tertangkap basah.

"Green, ternyata kau ada di sini?" tanya Habil memberikan senyuman. Tentu saja itu membuat Green malu, dengan kecewa ia melempar tunas bunga pohon yang ia sandar sedari tadi tepat mengenai kening Rival, membuat remaja laki-laki itu terkejut.

Green memutuskan untuk pergi dari tempat tersebut.

"Dasar si mulut besar!" ucap Lisa kesal dan mencoba mengejar Green. Dengan berat Lyne pun mencoba menyusul.

Habil hanya bisa tersenyum melihat tingkat ketiga remaja itu. Namun bagi Rival itu adalah sebuah masalah yang harus diselesaikan secepat mungkin. Tunas bunga yang dilempar Green masih ada digenggamannya.

"Aku benci musim semi." ucap Rival.

"Mengapa? Semua orang sangat menyukai musim semi." ucap Habil ingin tahu mengapa Rival membenci musim semi.

"Rahasia, kau tidak perlu tau itu." jawab Rival berjalan mendahului Habil.

Lagi-lagi sebuah rahasia yang ia dapat dari diri Rival, remaja laki-laki itu memang selalu membuat dirinya penasaran.

"Di sini kalian rupanya." Qabil menghampiri mereka.

"Hai kak." Sapa Habil. "Kami baru saja ingin ke sana."

"Sudah ku bilang aku tidak mau ke sana!" Tolak Rival kesal.

"Tidak perlu, lebih baik kau antarkan saja dia ke kelasnya." jelas Qasim, berjalan meninggalkan Habil dan Rival. Tapi Habil kurang puas dengan informasi itu, ia pun mencoba mengejar Qasim untuk menjelaskan semua dengan sejelas mungkin, sekuat apapun Habil bertanya terus menerus tetap saja jawabannya sama.

"Puas? Cepat antarkan dia ke kelas, aku tidak mau mencari masalah dengan Tuan Eric. Ia hanya memperingatkan untuk tidak membuat masalah dengan anak itu," jelas Qabil. "Intinya jangan buat ia marah." Tambahnya.

"Apa kakak tau apa kekuatannya ?" tanya Habil.

Qabil menggeleng. "Ia tidak mengatakan apapaun tentang kekuatan anak itu." jawab Qabil.

Rival mulai bosan mencoba menendang tanah, dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana, ia terus melihat dua pemuda itu yang sedang sibuk mengobrol, entah apa yang mereka obrolkan Rival tidak begitu peduli. Mungkin ada lima menit mereka berbincang-bincang, hingga akhirnya Habil menghampiri Rival yang tidur di kursi taman dengan satu bunga rumput di mulutnya, tanda ia bosan tingkat rendah.

"Sedang apa kau?" tanya Habil.

Rival mencoba bangkit dari pembaringannya.

"Ah.... Aku benar-benar benci musim semi." ucap Rival untuk kedua kalinya.

"Ya, kau sudah memberitahu padaku barusan." balas Habil. "Ayo, aku akan mengantar mu ke kelas." ucap Habil berjalan mendahului. Rival tidak tahi apa

Dengan terpaksa remaja bernama Rival itu mengikuti langkah Habil, menelusuri lorong sekolah, suasana lorong begitu sepi, mungkin karena jam istirahat telah usai dan para murid telah kembali ke kelas masing-masing.

"Apa sekolah ini sama seperti sekolah di Bumi?" tanya Rival.

"Ya, hanya saja kami lebih memperhatikan kekuatan, bahkan dari kalian belum bisa mengendalikan emosi itu sebabnya kalian dibawa ke tempat seperti ini, bagaimanapun caranya." jelas Habil.

"Dan aku sangat membenci cara kalian membawaku, lagipula ada apa dengan sekolah ini sampai-sampai aku berbicara seformal ini." ucap Rival merasa aneh dengan perubahan caranya bicara.

Mendengar itu Habil tersenyum dengan tawa kecil. "Ya, itulah luar biasanya sekolah ini." ucap Habil, langkah Habil terhenti di depan pintu sebuah kelas.

Rival mencoba mendongak melihat papan kelas dengan kayu ukiran, perbedaan kelas sihir dengan Bumi sangatlah berbeda jauh, papan kelas dengan angka Romawi kuno, bukan hanya itu di sekolah ini pun memakai huruf sansekerta yang hanya beberapa orang yang mengetahui artinya, tapi bagi Rival itu tidaklah sulit.

Tok! Tok! Tok!

Habil mencoba mengetuk pintu kelas tersebut , sampai akhirnya seorang wanita dewasa dengan kacamata tebal, rambutnya yang sedikit berantakan padahal sudah diikat tetap saja itu tidak membuatnya terlihat rapi.

"Oh, Habil, ada keperluan apa anda kemari?" tanya nya.

"Selamat pagi Mrs.Mellish, saya ingin menitipkan murid baru yang saya jemput pada anda, atas perintah tuan Eric." ucap Habil.

Wanita berkacamata tebal bernama Mellish itu memperhatikan Rival cukup lama, entah apa yang ia perhatikan sepertinya itu sangatlah penting baginya.

"Kalau saya menolak, bagaimana?" tanya Mrs.Mellish.

"Tuan Eric akan sangat kesal pada anda dan saya." jelas Habil memberikan senyuman terbaiknya.

"Baiklah, ucapanmu sangat menakutkan." memutuskan menerima Rival dengan terpaksa.

Habil menoleh melihat Rival memberi tanda untuknya masuk ke dalam. Dengan terpaksa Rival menurut, masuk ke dalam kelas tersebut. Sesampai di dalam, seluruh murid yang fokus mencatat materi harus teralihkan dengan kehadiran Rival.

"Baiklah Rival, silakan kau memperkenalkan dirimu pada teman baru mu." Suruh Mrs.Mellish.

Bagian ini juga yang Rival benci, memperkenalkan diri pada orang yang menurutnya tidak begitu penting.

"Maaf Miss, saya tidak akan memperkenalkan diri, bagaimana kalau kalian saja yang mengajukan pertanyaan pada ku dan saya akan menjawab semua pertanyaan kalian." ucap Rival percaya diri.

"Apa kekuatan mu!?" Suara murid laki-laki bergema di dalam ruangan kelas.

Rival mencoba melihat siapa yang mengatakan hal itu, mata mereka saling bertemu dan menatap tajam.