Chereads / Gejolak Gairah CEO / Chapter 1 - Prolog

Gejolak Gairah CEO

🇮🇩Book_Aesthetic
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 4.7k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

Seks tanpa perasaan dan rasa, apalagi cinta itu sangat menyenangkan untuk di lakukan. Seperti menghisap mariyuana begitu candu dan nikmat tetapi sangat mematikan. Tidak ada cinta, tidak ada perasaan, tidak ada komitmen, apalagi kekecewaan. Fabio bahkan tak perlu juga mengingat nama semua wanita yang pernah naik untuk menghangatkan ranjangnya. Persetan! Entah itu Julia, margareth, Elizabeth, atau Shakira. Yang, dia butuhkan hanyalah erangan dan kepuasan baik di atas maupun di bawah ranjangnya. Ia sangat menyukai itu, bagaikan sebuah candu yang ia ingin lakukan lagi dan lagi. Tentu tanpa perasaan apalagi ikatan.

Diusianya yang sudah menginjak kepala tiga, Fabio Guardiola belum memiliki keinginan untuk mengganti status lajangnya. Meskipun telah banyak wanita yang terpikat, tergila-gila, bahkan menyembahnya seperti dewa Zeus, Fabio tak memiliki hasrat untuk menetap dengan satu hati. Ayahnya, Adams Guardiola padahal adalah menteri dalam negeri juga seorang pialang, dan pemilik perusahaan penerbit, Guardiola Media.

Walaupun, sang ayah begitu tersohor dan memiliki cukup hormat tidak membuat Fabio ikut aliran yang sudah terjalin dalam keluarga Guardiola. Menjadi sukses, dan memiliki keluarga sempurna. Dia lebih memilih hidup bebas dan melakukan apapun yang menurut hatinya senang. Karakter urakan, berantakan, tapi memiliki hormat menyandingi orangtuanya.

Dan, seperti malam-malam yang pernah di lewatkannya. Setelah pulang dari Guardiola Media, Fabio langsung menyambangi sebuah hotel yang terletak di Manhattan, New York. Bersama seorang model terkenal dari majalah asal Inggris yang begitu tersohor, malam ini Fabio akan menikmati malam seperti biasanya di atas tubuh wanita seksi dengan erangannya yang begitu merdu.

"Akh! Apa kau sudah tidak tahan, tuan?" Suara model berambut pirang yang sedang bergelayutan di leher Fabio itu mengalun begitu seksi, membuat libido Fabio semakin naik tak tertahan.

Dia segera, menjatuhkan tubuh wanita cantik dengan tinggi semapai itu ke atas ranjang. Membuka seluruh pakaian yang melekat pada tubuh, hingga hanya menyusahkan celana boxer berwarna hitam polos. Fabio menarik tangan model cantik itu untuk duduk di ujung ranjang. Dia kemudian mendekatkan miliknya yang masih terbungkus boxer hitam polos ke arah model bernama Grace itu.

Perlahan dengan sedikit malu-malu, bibir berlipstik merah cabai itu mendekat. Menciumnya dengan mengeluarkan desahan kecil.

"Open Now." Suara berat milik Fabio berkata. Memerintahkan Grace untuk membuka boxer milik Fabio yang isi di dalamnya sudah berontak ingin segera di keluarkan.

Grace membuka boxer milik Fabio perlahan dan mengeluarkan milik Fabio yang masih lemas itu. Wanita mengusap batang kecoklatan milik Fabio. Menciumnya lagi, lalu menjilat ujungnya. Perlahan tapi pasti pusaka milik Fabio mulai mengeras. Grace lalu mulai memasukkannya ke dalam mulut, mengemut dan menjilati kejantanan milik Fabio seperti permen lolipop.

"Damn it! F*ck" Fabio mendesah mulai memaju mundurkan kepala Grace dengan ritme yang sedang.

Tangan Fabio tak tinggal diam. Ia menarik tali di belakang dress mini yang masih membalut tubuh Grace hingga dress yang di kenakan Grace copot seketika. Gundukan gunung kembar milik Grace yang tidak memakai bra langsung terpampang di depan wajah Fabio. Kedua tangan, Fabio langsung memainkan dan memilah milih put*ng berwarna merah yang mulai menegang.

"Akh!" Grace mengerang di sela-sela emutannya.

Setelah beberapa menit berlalu, Grace melepaskan permen lolipopnya. Mengusap bibirnya yang penuh liur juga air kenikmatan yang keluar dari milik Fabio dengan tisu. Dia kemudian di baringkan oleh Fabio di atas ranjang. Membuka kedua kakinya lebar, dan membuka CD pink Grace.

Slup...

"Akh! Fabio." Grece menegang, menjambak rambut Fabio dan meremasnya.

Lidah Fabio memainkan inti milik Grace begitu liar. Membuat Grace merem melek kenikmatan tak tahan untuk mengejang.

"Please f*ck me, sir." Fabio terus menjilati klitoris Gabriel, yang mana itu adalah bagian sensitif wanita.

"Sir, ah.... Ah... Please f*ck me." Grace mengiba karena sudah tak lagi tahan dan ingin dirinya di masuki oleh Fabio.

Fabio pun menyudahi aktivitas panasnya. Berdiri dengan satu lutut bertumpu pada ujung ranjang. Dia membuka lebar-lebar kedua kaki milik Grace, melumuri kejantanannya dengan pelumas gel dan langsung memasukkannya ke lubang kenikmatan milik Grace.

Bles...

Sekali hentakkan seluruh kejantanan milik Fabio masuk ke dalam lubang milik Grace. Grace melenguh panjang sekali. Merasakan miliknya yang penuh dengan milik Fabio. Dan begitu enak dan nikmat.

Fabio langsung bergerak memaju mundurkan tubuhnya di atas Grace. Begitu cepat gerakannya hingga membuat peluh seketika merembas memenuhi dahi keduanya. Grace mendesah begitu keras, membuat Fabio semakin semangat menggenjot dirinya.

"Ah... Ah... Ah... Faster... Ah. " Tangan Grace mencengkram sprei di atas kepalanya. Pinggulnya ikut bergoyang mengikuti ritme genjotan dari Fabio. Rasanya begitu enak dan luar biasa.

"Oh, Shit!" Fabio mendesah. Mempercepat gerakkannya. Ini benar-benar sangat luar biasa. Rasa milik Grace hampir sama dengan gadis-gadis masih perawan yang pernah ia cicipi.

"Kamu cantik, seksi." Kecupan lembut mendarat di leher milik Grace. Sambil terus memompa tubuhnya, mulut Fabio tidak tinggal diam. Dia melahap gundukan gunung kembar milik Grace. Meremas-remasnya hingga membuat Grace semakin mendesah tak karuan.

Fabio begitu luar biasa. Rasanya Grace ingin berteriak karena nikmat dan enaknya bercinta dengan Fabio. Luar biasa. Hingga dirinya tidak untuk tidak berdesah

Namun, saat dirinya hampir mencapai puncak tiba-tiba saja ponsel milik Fabio berdering. Yang mana membuat Fabio mengeluarkan paksa kejantanan dari lubang kenikmatan milik Grace. Dia mengambil ponselnya, mengangkat panggilan yang berasal dari asisten pribadinya dan berjalan ke balkon kamar sembari menutupi tubuhnya dengan handuk baju yang tersedia di kamar hotel.

"Apa kau tidak bisa berhenti mengganggu ku?" Tanpa mengucapkan salam, Fabio langsung memaki asistennya yang sudah berani mengganggu kesenangannya itu.

"Maaf, tuan. Tapi ada masalah besar di kantor." Suara berat yang berasal dari lelaki berusia sekitaran 25 sampai 30 tahunan itu terdengar.

"Masalah sebesar apa, hingga kau kurang ajar mengganggu kesenangan diriku?"

"Ada sebuah artikel yang membuat dan membongkar skandal ayah ada yang seorang pedofil dan penyeludup anak-anak Asia untuk di dagangkan."

"Siapa yang melakukan itu?" Geram Fabio bertanya.

"Seorang jurnalis dari mini time, juga anak dari sahabat ayah anda sendiri."

"Aku mau kau selidiki dia dan beri dia pelajaran." Langsung mematikan ponselnya dan berjalan kembali masuk ke dalam kamar.

Di dalam kamar, Grace masih dalam posisinya. Hanya saja dua kakinya sengaja ia buka lebar agar Fabio tergoda dan melanjutkan aktivitas mereka. Sebenarnya, Fabio tergoda. Namun, mengingat masalah yang terjadi secara tiba-tiba membuatnya enggan untuk melanjutkan.

Dia lebih memilih berpakaian yang mana membuat Grace terbingung-bingung. Pasalnya, mereka berdua sama-sama belum mencapai klimaks. Hingga, Grace berspekulasi jika Fabio tidak puas dengan pelayanannya.

Masih dalam posisi telanjang, Grace menggelayutkan kedua tangannya di leher Fabio. Menciumi rambut Fabio dan turun hingga ke kuping. Tangan Fabio juga di tuntun untuk memegang inti miliknya lagi. Sesaat, Fabio terlena dan memainkan kembali milik Grace. Mengeluar masukan jarinya ke lubang kenikmatan Grace dengan ritme begitu cepat. Membuat, Grace kembali mendesah keras-keras.

Namun, sialnya lagi-lagi Fabio menghentikan aktivitasnya ketika Grace sebentar lagi hendak keluar. Dia memungut bajunya dan menggunakannya tanpa berkata apapun.

"Apa pelayanan ku, kurang memuaskan tuan?" Grace duduk di sebelah Fabio yang sudah rapi dengan setelan jasnya, dan sedang memakai sepatu.

"Bukan. Pelayanan mu sangat memuaskan. Aku hanya sedang ada masalah serius. Jadi, aku harus pergi malam ini dan kita tidak bisa melanjutkan permainan kita."

"Is oke, sir. Aku akan siap kapanpun kau minta untuk menghangatkan ranjang mu."

Fabio tersenyum, lalu berdiri meninggalkan kamar hotel tak lupa memberikan selembar cek kepada Grace sebagai imbalan terakhir kalinya.

Kapan pun? Cih! Ini bahkan adalah kali pertama dan kali terakhirnya kita bertemu. Gumam Fabio dalam hati sembari benar-benar meninggalkan kamar hotel.