Begitu kami memasuki ruangan, pintu ruangan langsung tertutup dan kami disambut oleh kadal raksasa dengan batu yang menjadi sisiknya. Aku menggunakan Clairvoyance untuk memastikan status miliknya.
Giant Rock Lizard
Level: 250
HP: 750000
MP: 450000
STR: 80000
INT: 45000
AGI: 50000
VIT: 75000
Skill: Stone Hardening, Petrification Claw, Petrification Fangs, Petrification Tail Whip, Earth Magic.
Ultimate Skill: -
"Oh! Aku baru tahu ada Bos yang tidak memiliki Ultimate Skill," pikirku.
"Bukankah daku pernah mengatakan kalau tidak semua mahluk memiliki Ultimate Skill? Ini juga berlaku untuk Bos!" sahut Pleiades.
Benarkah? Jika iya, mungkin aku yang tidak terlalu mendengarkan atau mungkin melupakannya. Tetapi apapun itu, Bos tetaplah Bos. Jadi aku tidak bisa meremehkannya, terlebih lagi..
"Skill miliknya memiliki nama Petrification, mungkinkah dia bisa menyebabkan Pembatuan melalui serangannya? Mirip seperti mata Medusa yah?" gumamku.
"Oh? Kamu cukup berwawasan juga yah!" sahut Erika yang mendengar gumaman ku barusan.
"Benar! Seperti yang kamu pikirkan, dia bisa menyebabkan Pembatuan. Tetapi Pembatuan itu dapat terjadi jika dia menyerang area yang terbuka. Inilah sebabnya kebanyakan Ksatria memilih menggunakan Full Armor daripada Armor biasa," lanjutnya menjelaskan.
"Kau yakin bisa menghadapinya sendirian?" tanyaku ragu.
"Hahaha, terimakasih atas kekhawatirannya! Tapi jangan khawatir, itu hanya berlaku selama 30 menit dengan interval waktu sekitar 5 menit dan itu sudah cukup untuk memberikan serangan akhir padanya!" jawab Erika.
Aku hanya menghela nafas saja saat kekhawatiran yang aku berikan malah jadi sia-sia setelah mendengar jawabannya. Namun, ini juga akan menjadi hal bagus untuk melihat kekuatan penuh Erika. Meski aku kurang yakin dia akan menggunakan Awakening miliknya sih.
"Kalau begitu, mari mulai!" ucapnya yang langsung menerjang Giant Rock Lizard tanpa takut.
GRRR!
Giant Rock Lizard menggeram sebagai tindakan intimidasi, tapi sayangnya itu tidak berpengaruh pada Erika. Pada saat yang sama, Erika menyiapkan serangannya dengan tangan kiri menopang pedangnya sembari terus berlari.
"Primrose Sword Technique: First Style, Fallen Rose of Death!"
Erika menghentikan langkahnya saat berada di depan Giant Rock Lizard dan memutar tubuhnya untuk memberikan satu ayunan kuat pada lawannya. Hal ini membuat Giant Rock Lizard meraung kesakitan saat menerima serangan tepat di bagian yang tak tertutupi batu.
"Primrose Sword Technique: Third Style, Thorny Rose Dance!"
Erika lalu melanjutkan dengan tebasan beruntun miliknya. Namun setelah beberapa saat, dia melompat ketika menyadari Cakar Giant Rock Lizard mengarah padanya. Melihat sebuah celah, Giant Rock Lizard melanjutkan serangannya dengan sihir tanah miliknya. Tapi nampaknya, itu telah diantisipasi dengan baik oleh Erika.
"Primrose Sword Technique: Sixth Style, Red Rose Illusion!"
Tepat setelah serangan sihir berupa batu runcing yang mencuat dalam jumlah banyak di tanah tempat Erika berdiri, pada saat yang sama Erika menghilang dan berhasil membuat Giant Rock Lizard bingung karenanya. Yah, itu wajar karena saat ini Erika telah berada tepat di hadapannya bersiap untuk mengakhiri pertarungan ini.
"Primrose Sword Technique: Fifth Style, Bloody Rose Execution!"
GRROOAARR!
Erika menusuk Giant Rock Lizard dengan kuat dan bersamaan dengan raungan tersebut, Giant Rock Lizard berubah menjadi Drop Item. Seperti yang diharapkan dari Komandan Ksatria, nampaknya tindakan pencegahan yang telah aku siapkan hanya menjadi hal yang sia-sia baginya.
"Lihat? Aku bisa mengalahkannya kan?" ungkapnya setelah meminum sebuah ramuan penghilang efek buruk.
"Yah, aku melihatnya dengan jelas. Begitupun dengan celana dalam milikmu. Itu benar-benar tontonan yang luar biasa!" balasku mengacungkan jempol.
Erika langsung memegang roknya yang pendek tersebut dengan wajah memerah miliknya. Sedangkan Feline memberikan tatapan menjijikan kepadaku.
"Ka-kamu! Tidak aku sangka kamu sebejat itu!"
"Master, apakah tubuh saya masih belum cukup untuk Anda?"
"Tidak, tidak, tidak! Bukankah kau sendiri yang menunjukkannya padaku?"
"Untuk apa aku melakukan hal itu bodoh!!"
PLAK!
Erika menamparku cukup keras hingga membuat pipiku merah. Meskipun rasa sakitnya dikurangi, entah kenapa rasa sakit ini tidak berhenti menghilang.
"Hahaha! Dirimu benar-benar pria yang bodoh yah!" ledek Pleiades.
"Berisik! Salahnya sendiri menggunakan rok pendek seperti itu!" umpatku.
"Tetapi meskipun perbedaan levelnya dua kali lipat, gadis itu bisa membunuh Giant Rock Lizard hanya dengan berbekal Skill Tehnik Pedangnya saja yah? Wira, dirimu mungkin harus menyalin Skill Tehnik Pedang miliknya!" jelas Pleiades.
"Hey, memangnya kau pikir itu mudah? Bukankah aku harus melakukan 'Itu' dengannya agar bisa menyalinnya?" sahutku.
"Itu benar! Dirimu hanya perlu menggunakan Extra Skill dari Title The Dominator!" balasnya.
The Dominator
Anda adalah seorang Dominator, seluruh Skill dan Ultimate Skill gadis yang Anda Dominasi bisa di salin setelah melakukan hubungan intim dengan Anda!
Gadis yang telah melakukannya dengan Anda:
- Feline
Skill yang telah disalin: -
Ultimate Skill yang telah disalin: -
- Lime fou Rizort
Skill yang telah disalin: Calculate
Ultimate Skill: -
Yah, seperti yang kalian lihat, Lime dan aku telah melakukannya. Tepatnya sekitar 3 bulan yang lalu saat aku memeriksa desa. Aku telah mendapatkan izin dari kakeknya untuk menikah, jadi bisa dibilang statusku dengan Lime adalah tunangan. Meskipun begitu, aku masih belum bisa menikah dengan Lime karena tujuanku belum tercapai.
Ngomong-ngomong, Title itu aku dapatkan setelah melakukannya dengan Lime. Skill Calculate miliknya sangat berguna untuk membuatku tidak perlu menghitung Hadiah Ringgo yang aku dapatkan. Jadi aku putuskan untuk menyalinnya.
"Oy, jangan membuatku terlihat seperti pria bejat yang hanya ingin melakukannya dengan banyak gadis!" keluhku.
"Tapi, bukankah dirimu ingin membuat Harem?" balasnya.
"Kuh, aku tidak bisa membantahnya," sahutku yang dibalas dengan tawa Pleiades.
Tunggu, abaikan obrolan tadi. Ada yang aneh dengan lantai ini! Aku merasakan hawa keberadaan Monster dan Mahluk Buas di lantai ini, tapi kami masih belum bertemu dengan mereka sampai sekarang.
"Erika!" panggilku.
"Kamu juga menyadari hal ini yah? Monster dan Mahluk Buas di lantai ini seharusnya cukup agresif. Tetapi entah kenapa mereka tidak muncul dan menyerang kita," jelas Erika.
"Seolah-olah ada yang menakuti mereka yah?" sahutku yang dibalas dengan anggukkan pelan Erika.
"Feline! Cepat cari letak Monster House di lantai ini! Ada kemungkinan lantai ini yang akan menjadi penyebab Stampede!" perintahku.
"Dimengerti, Master!" sahut Feline yang langsung bergegas mencari Monster House.
"Kita juga ha--"
"Erika! Atas!!" panggilku setelah menoleh ke atas.
Erika pun menoleh ke atas dan entah bagaimana sebuah jebakan terpicu tepat setelah Feline pergi mencari Monster House. Sebuah jebakan yang menembakkan sinar ke lantai dan membuat lantai tersebut hancur seketika. Aku yang menyadari hal itu sudah hampir mencapai tangan Erika, tetapi sayangnya karena retakan tersebut aku harus kehilangan keseimbangan sesaat sebelum terjatuh bersama dengan Erika.
"KYAAA!!"
"Erika! Raih tanganku!!"
Kami berdua mencoba saling meraih tangan saat berada di udara. Kemudian saat aku berhasil meraih tangannya, aku langsung mendekap tubuh Erika dan membiarkannya berada di atas tubuhku. Bagaimanapun juga, aku yang memiliki Status VIT tertinggi. Jadi jatuh dari ketinggian tidak akan membuatku mati. Selain itu, jika terjadi sesuatu pada Erika. Maka Kota Perbatas Ethos akan kehilangan salah satu kekuatan terbesarnya dan aku tidak mau hal itu terjadi!
"Cih! Padahal hanya tersisa 5 Lantai lagi, tapi kenapa aku merasa kita sudah melewati 10 lantai?!"
"Tenangkan dirimu, Wira! Lihat! Tanahnya sudah semakin dekat!!"
BAMN! WUSH!
Aku menoleh kearah bawah sesaat, sebelum akhirnya kami benar-benar jatuh bersamaan dengan reruntuhan lantai tersebut. Hembusan angin kencang tercipta sebagai dampak jatuh kami.
"Sial, seharusnya aku menggunakan sihir angin untuk mengurangi dampaknya!" umpatku saat menyadari setengah HP milikku hilang.
"Ugh.. kepalaku sakit, uwaah! Apa yang kamu lakukan pada tubuhku!" teriak Erika setelah sadar kalau dia berada dalam pelukanku.
Dia bahkan menutup dadanya yang masih tertutup zirah tersebut dengan kedua tangannya.
"Dari semua kata, itukah yang kau ucapkan setelah aku menyelamatkan nyawamu?!" kesalku.
"Ugh.. maaf, terimakasih telah menyelamatkan nyawaku sebelumnya," sahut Erika merasa bersalah.
"Ngomong-ngomong, dimana kita?" lanjutnya bertanya.
"Hey, kau serius menanyakan hal itu padaku? Jika kau yang telah menaklukkan Dungeon ini berulangkali saja tidak mengetahuinya, apalagi aku!" jawabku.
"Ah, maaf karena sudah menanyakannya," balasnya.
Aku hanya bisa menghela nafas karenanya. Bukan hanya karena ini saja, tapi aku juga memikirkan Feline yang mungkin tengah panik mencari diriku. Kenapa kalian tanya? Itu karena tepat setelah kami jatuh, lantai yang runtuh tersebut langsung tergantikan dengan lantai yang baru.
"Aku bahkan tidak dapat menghubunginya melalui telepati," pikirku.
"Nampaknya, tempat ini memiliki segel yang dapat menghalangi komunikasi. Akan lebih baik jika dirimu menemukan penghalangnya dan meminta Feline untuk segera keluar dari Dungeon ini," jelas Pleiades.
"Kau benar, kita juga telah mendapatkan beberapa tanda-tanda terjadinya Stampede. Akan lebih bagus untuk segera memintanya keluar sebelum terjebak dalam Stampede," sahutku.
"Erika, tetaplah bersamaku!" pintaku.
"Fueh?! Tu-tu-tunggu! Masih terlalu cepat untuk melakukan hal itu!!" sahutnya.
"Hah? Apa yang kau pikirkan?! Yang aku maksud itu adalah tetaplah bersamaku untuk menyelidiki tempat ini!" balasku.
"Selain itu, aku juga tidak akan melakukan apa yang kau bayangkan tadi jika kau tidak mau," lanjutku yang berhasil membuatnya semakin memerah.
Aku bisa melihat kepalanya mengeluarkan asap karena malu. Yah, anggap saja ini sebagai balasan karena telah merepotkanku beberapa hari ini. Lalu saat aku ingin lanjut menjahilinya, sebuah hawa keberadaan muncul yang membuat aku dan Erika memasang sikap waspada.
"Erika, maaf!!" ucapku menggenggam kerah bajunya, sebelum melemparnya jauh ke belakang.
"KYAAA!"
WUSH! TRANG!
"Tiba-tiba melempar aku seperti itu, kamu benar-benar kej--" Erika gagal melanjutkan keluhannya setelah melihatku tengah menahan serangan sebuah kapak dari arah tempatnya berdiri sebelumnya.
Yah, aku bisa merasakannya langsung menerjang kearah Erika. Inilah sebabnya aku langsung melempar Erika ke belakang setelah meminta maaf padanya. Kemudian saat aku menggunakan Clairvoyance padanya, aku dikejutkan dengan status yang dia miliki.
Golliath, The Rock Dragon
Race: Rock Dragon
Level: 500
Title: Dungeon Master of Rock Valley
Job: Champion
HP: 1600000
MP: 200000
STR: 240000
INT: 20000
AGI: 80000
VIT: 160000
Skill: Stone Hardening, Self Recovery, Wild Axe Technique, Earth Magic.
Ultimate Skill: Crystal Magic, Dragonize.
"Dari semua hal, kenapa harus pemiliknya yang muncul!!" umpatku.
"Primrose Sword Technique: First Style, Fallen Rose of Death!!"
Erika mengayunkan pedangnya kearah Golliath, tapi itu dapat dihindari dengan begitu mudah olehnya tanpa banyak masalah. Yah, lagipula tujuannya adalah membuat jarak untukku, jadi aku tidak terlalu mempermasalahkannya. Bagaimanapun juga, aku tengah dalam kondisi limit. Jadi menahan serangan itu telah mengurangi lebih dari 100.000 HP.
"Terimakasih, Erika!" ungkapku berterimakasih.
"Bukan masalah, lagipula aku sendiri tidak yakin bisa mengalahkannya. Bagaimana denganmu?" balas Erika bertanya.
"Haha, sama sepertimu. Dengan kekuatanku yang sekarang, agak mustahil untuk mengalahkannya," jelasku.
"Kalau begitu, ingin bekerjasama?" tanyanya.
"Tentu! Lagipula hanya itu pilihan kita saat ini bukan?" sahutku.
"Kalau begitu, sudah diputuskan!" balasnya yang langsung berlari menerjang Golliath.
"Dirimu sangat suka sekali berbohong yah?" ledek Pleiades.
"Tidak, aku sama sekali tidak berbohong kok!" elakku yang mulai menyusul Erika.
"Memang benar dengan kekuatan dirimu yang dibatasi sekarang ini, akan sangat sulit untuk mengalahkannya. Tetapi, dirimu hanya perlu melepas sedikit batasan itu bukan?" ungkap Pleiades.
"Begitulah! Tetapi jika aku melakukannya, itu hanya akan membuatku semakin di curigai Erika. Jika dia sudah berada dalam kontrak darah dariku, mungkin tidak akan jadi masalah!" sahutku sembari menyerang dan menghindari setiap serangan dari Golliath.
"Sudah daku duga! Pada akhirnya dirimu juga ingin melakukannya pada gadis itu kan?" balasnya.
"Baiklah, aku akui itu! Sekarang mari fokus untuk mengalahkannya, rekan!" ujarku.
"Okay, rekan!" sahut Pleiades.