Chereads / Revenge in Marriage / Chapter 26 - Bakso Bulat

Chapter 26 - Bakso Bulat

Satu minggu berlalu dari tes yang dilakukan oleh Aleena di perusahaan Aslan. Tidak ada panggilan sama sekali. Aleena sedikit tersenyum karena mengira dia tidak lolos. Ya, tidak heran jika Aleena tidak lolos, saingannya terlalu banyak dan pastinya mereka dari lulusan sarjana. Sedangkan Aleena hanya tamatan SMA yang bermodal nekat. Sebenanrya Aleena tidak senekat ini, tapi karena tugasnya dengan Evano membuat Aleena menjadi wanita yang super nekat.

Malam ini, tepat malam minggu, Aleena dan kedua sahabatnya sudah berada di rumah setelah pulang dari restoran 2 jam yang lalu. Aleena merebahkan tubuhnya di kasur yang tidak terlalu empuk namun cukup untuk mengistirahatkan dirinya setelah seharian bekerja di restoran.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan pintu kamar Aleena terdengar, sementara Aleena langsung berdecak kesal karena mendengar ketukan pintu yang menjengkelkan baginya.

"Masuk saja!" teriak Aleena dari dalam kamarnya.

Krek!

Pintu kamar langsung terbuka disaat perintah masuk sudah dilayangkan oleh Aleena. Pintu yang terbuka langsung memperlihatkan kedua sahabatnya, Hanum dan Faraya yang sudah berpakaian rapi dan wangi seolah ingin pergi ke luar.

"Kalian mau kemana?" tanya Aleena sambil mengerutkan dahinya.

"Jalan-jalan. Kau lupa ini malam apa?" ucap Faraya.

Aleena terdiam dan mencoba mengingat tentang hari ini. Ya, Aleena langsung teringat jika malam ini adalah malam minggu.

"Ah, iya, saya baru ingat jika ini malam minggu. So, kalian mau kemana?"

"Tidak tahu, tapi yang pasti keluar rumah. Biar disangka bukan anak rumahan," ucap Faraya lagi.

"Memangnya apa salahnya dengan anak rumahan?" tanya Aleena bingung.

Faraya langsung menghela nafasnya perlahan. "Sudahlah jangan banyak pertanyaan. Cepat kamu ganti pakaian. Kita pergi sekarang."

"Loh, siapa yang mau pergi?" tanya Aleena.

"Kau tidak mau ikut kami, Aleena?" tanya Hanum.

"Memangnya saya pernah bilang mau pergi bareng kalian?" tanya Aleena lagi.

Memang tidak ada ajakan ataupun konfirmasi dari Hanum dan Faraya jika malam ini akan pergi keluar rumah. Jadi, Aleena memang tidak tahu akan pergi, atau Aleena sebenarnya memang tidak niat keluar rumah malam ini.

"Kau memang tidak pernah bilang, tapi sekarang kami mengajakmu. Ayo segera bersiap. Biar tidak terlalu malam kita pulangnya," ucap Hanum.

Aleena langsung menghela nafasnya perlahan. "Sepertinya saya tidak ikut. Kalian pergi saja, biar saya menjaga rumah."

"Rumah tidak akan lari, kau tidak perlu menjaganya, Aleena. Ayo! Buruan ganti baju dan kita segera pergi sekarang," ucap paksa Faraya.

"Hanum, Faraya, setelah seharian bekerja apa kalian tidak lelah? Atau apa kalian tidak ingin istirahat di rumah saja? Saya rasa kalian memang tidak punya rasa lelah."

"Hei, Aleena. Kau sudah seperti remaja jompo saja. Kata orang, nikmatilah hari mudamu, karena itu tidak akan terulang kembali. Kalau sudah menikah mungkin tidak akan bisa berkeliaran seperti ini. So, sekarang kita harus memanfaatkan hari muda dengan baik," ucap Faraya

"Aleena, Faraya benar. Tidak ada salahnya jika kita jalan-jalan, kan? Sudah lama juga tidak jalan-jalan malam mingguan. Mungkin ini akan lebih mengasikkan. Kita tidak jauh, kok. Hanya sekitaran sini saja. Paling ke taman dan menikmati angin malam disana."

Aleena terdiam dan tampak berpikir, atau mungkin pikirannya sedang berperang dengan tubuhnya yang tengah berteriak kelelahan. Ya, memang tidak bisa dipungkiri jika tubuh Aleena saat ini sangat lelah.

"Hm, baiklah, saya akan ikut dengan kalian," jawab Aleena dengan wajah yang malas.

"Nah, gitu dong. Itu baru namanya Aleena si wanita yang kuat. Baiklah, silahkan bersiap-siap karena kami akan menunggu di luar," ujar Faraya.

"Hm," jawab Aleena singkat.

Hanum dan Faraya kini berjalan keluar kamar Aleena, sementara Aleena langsung bergegas untuk bersiap-siap pergi dengan kedua sahabatnya.

15 menit berlalu, dan waktu yang diperlukan Aleena untuk bersiap-siap. Ya, memang tidak banyak waktu yang dibutuhkan Aleena untuk bersiap-siap karena Aleena tidak memakai make up yang tebal, make upnya terkesan tipis dan sederhana sehingga hanya membutuhkan waktu yang sedikit untuk bersiap-siap.

"Sudah?" tanya Hanum.

"Sudah. Ayo pergi sekarang! Nanti keburu malam dan kita gak bisa menikmati malam weekend dengan lama." Ucapan Aleena seolah-olah dialah yang sangat ingin pergi ke luar rumah.

Aleena berjalan dengan semangat, langkahnya menuju keluar dari rumah kontrakannya, begitupun dengan kedua sahabat yang membuntuti Aleena berjalan. Kini, dengan kendaraan umum mereka menuju ke sebuah taman, lebih tepatnya tempat perkumpulan beberapa pemuda yang asyik mengobrol dengan pasangan mereka masing-masing. Hanya 30 menit waktu yang dibutuhkan, kini mereka sudah sampai di taman tersebut.

Keduanya berjalan menuju kursi taman yang kosong, tak ada pemiliknya.

"Mau jajan?" tanya Aleena.

"Mau," jawab Faraya dan Hanum.

"Bakso bagaimana?" tanya Aleena yang melihat ada gerobak bakso di seberang sana.

"Boleh."

"Saya traktir kalian. Sebentar, saya pesankan dulu," ujar Aleena yang langsung pergi meninggalkan Hanum dan Faraya.

Kepergian Aleena membuat Hanum dan Faraya saling bertatapan penuh arti tentang sikap Aleena yang menurut mereka aneh.

"Aleena kenapa baik banget, yah?" tanya Faraya.

"Kan dia selalu baik," ujar Hanum.

"Iya, maksud saya tidak biasanya dia suka mentraktir kita. Gaji kita kan sama, kau sudah pasti tahu bagaimana keuangan kita. Tapi, Aleena seolah punya banyak uang dan terlihat tidak ada habisnya," ujar Faraya lagi yang menaruh kecurigaan kepada Aleena.

"Sudahlah, mungkin dia punya rezeki beda dari kita. Jangan berpikiran yang aneh-aneh. Aleena bukan orang yang seperti itu," ujar Hanum seolah mengerti dengan arah pembicaraan Faraya.

Tak begitu lama, Aleena kembali ke arah Faraya dan Hanum. Disusul oleh penjual bakso yang membawa 2 mangkuk untuk Faraya dan Hanum, sedangkan Aleena sendiri membawa mangkuk miliknya.

"Ini, Nona, silahkan dimakan baksonya. Kalau ada yang kurang, boleh bilang ke Mang, yah," ujar penjual bakso dengan ramah.

"Baiklah, terima kasih, Mang," jawab Faraya, Hanum dan Aleena serentak.

Kini, ketiga sahabat itu mulai menyantap bakso yang masih panas itu. Dinginnya udara malam memang sangat tepat jika disandingkan dengan bakso hangat yang sangat lezat ini. Selama beberapa saat, tidak ada ucapan demi ucapan yang keluar dari mulut ketiga orang ini. Ketiganya seolah asyik menyantap bakso tanpa adanya perbincangan.

30 menit berlalu, waktu selama ini sudah cukup membuat ketiganya selesai makan. Ya, bakso yang mereka santap beberapa menit yang lalu kini sudah tidak tersisa lagi di mangkuk mereka masing-masing termasuk kuahnya.

"Kenyang sekali," ucap Faraya yang tersandar di kursi taman serta memegang perutnya yang sedikit membuncit karena banyak makan.

"Benar, porsinya sangat besar, jadi wajar saja kalau membuat kita kenyang," timpal Aleena.

"Oh iya, Aleena, terima kasih karena sudah mentraktir kami," ujar Hanum kepada Aleena yang ada di sampingnya.