Aleena masih duduk bersama dengan Papa Wijaya, mereka terlihat mengobrol santai dan sesekali tertawa membuat seseorang di seberang sana tak henti memperhatikannya.
"Aleena," ucap Aslan dengan suara lirih dan hampir tak terdengar.
"Baru kali ini saya lihat Aleena tersenyum lepas seperti ini," batinnya menatap lurus kedepan, pandangannya tak terlepas dari sosok wanita yang sedang tersenyum di seberang sana.
Meski hanya mendengar suara dan melihat Aleena dari kejauhan saja sudah berhasil membuat sesuatu dalam diri Aslan menghangat dan berdebar hebat. Rasanya sama seperti ketika perasaan itu tumbuh di hatinya. Meski ego dan mulutnya berkata tidak tetapi hatinya tidak bisa berbohong jika sebenarnya rasa itu masih ada dan masih sama. Jauh dalam lubuk hatinya masih tetap ada Aleena.
"Ma, Aslan kesana dulu ya?" pamit Aslan kepada Mama Kalyna yang saat itu duduk sembari merapalkan doa.