Aleena memutuskan untuk tidak mengikuti jenazah Faraya lagi karena ada Papa Wijaya disana. Ia mengajak Papa Wijaya yang terlihat kurang sehat untuk duduk di bangku tunggu yang terletak di area Lorong. "Papa terlihat pucat, apakah Papa sedang kurang enak badan?" tanya Aleena hati-hati.
Papa Wijaya terlihat menggelengkan kepalanya. "Ya beginilah Papa sekarang, Aleena. Sejak kamu pergi dari rumah kesehatan Papa memang kurang bagus. Papa masih berharap kalian untuk bersama lagi."
Aleena merasa sedih mendengar ucapan Papa Wijaya, ia merasa sangat bersalah kepada Papa Wijaya. Ia meraih tangan Papa Wijaya dan mengusapnya lembut. "Maafin, Aleena ya, Pa? Maaf jika karena Aleena membuat Papa kepikiran terus."
Papa Wijaya menggelengkan kepalanya lemah seraya tersenyum tipis. "Jangan menyalahkan dirimu sendiri, Aleena. Papa tahu ini bukan salahmu sepenuhnya."