"Nah, loe tau sendiri kan kalau semua ini tak mudah. Dan gue dipaksa untuk memakai atribut menjengkelkan ini."
Nindy tak tau lagi harus berkata apa karena meskipun ia membuat Zaskia mengerti jika penampilannya tak buruk tetap saja Zaskia merasa jika dirinya buruk dengan penampilannya barunya tersebut. Kini nindy hanya bisa menepuk paha sahabatnya tersebut dengan lembut dan ringan berusaha menenangkannya agar setidaknya Zaskia tak lagi marah-marah dan emosi dan menyalahkan penampilannya sendiri.
"Zas, mau makan apa? Pesen dulu gih!" Nindy berusaha mencairkan suasana dengan meminta Zaskia memesan makanan, untuk saat ini yang Niny tau jika Zaskia hanya bisa tenang emosinya jika sudah ada makanan.
Zaskia membuka buku menu dan matanya berbinar melihat deretan menu makanan yang ia suka dan membuatnya lapar ia merasa jika ia sedang menemukan surga makanan.
"Nin, kau tau gak? Aku muak banget tiap hari mencium aroma bakso, lagi dan lagi dari buka mata sampai menutup mata yang tercium aroma itu lagi, itu lagi." Keluh Zaskia yang kini merasa senang karena pada akhirnya ia menemukan makanan yang berbeda.
"Tapi Zas, bukannya kamu memang suka bakso bahkan pecinta bakso?"
"Itu dulu, tapi sekarang gue benci, benci banget sama bakso, apalagi sama itu boss bakso. Gue benci banget."
"Jangan bilang begitu, pamali tau. Karna benci dan cinta itu tipis. Setipis silet." Ujar Nindy sambil menggerakkan jarinya.
"Silet itu tajem, bukan tipis. Setajam silet, biasanya kan gitu." Ralat Zaskia yang tiba-tiba jadi teringat dengan pisau belati yang sempat Djaka gunakan untuk menyobek gaun pengantinnya.
"Oh ya Zas, terus gimana sama Djaka? Kau belum cerita tentang hari-harimu sebagai pengantin baru dan menyandang status smenjadi bu boss bakso,"
"Nindy, plis deh. Ini bukan sesuatu yang harus atau pantas untuk aku banggakan. Gue sama sekali gak mencintainya. Pernikahan kami itu terpaksa, kau juga tau sendiri kan. Lalu apakah menurutmu aku harus bercerita jika aku bahagia? Gak sama sekali, yang ada aku merasa hidupku bagaikan di neraka."
"Apakah memang seburuk itu? Aku kira suamimu orang yang baik. Dilihat dari perawakannya dia seperti tipikal orang yang kalem."
"Nindy, yang nikah sama dia, gue. Yang merasakan dan menjalani pernikahan ini, gue. Dan yang tau bagaimana dia, gue juga. Jadi gue yang lebih tau lah."
"Iya sih, gue tadi kan Cuma menyampaikan pendapat sesuai dengan apa yang gue lihat."
"Ya oke, memang benar sih dia orangnya kalem, tapi dia itu nyebelin."
"Terus, gimana dengan Alvin? Apakah loe udah dapat kabar tentang Alvin dan dimana dia saat ini? Atau alasan mengapa dia gak dateng di acara pernikahan kalian?"
Mendengar pertanyaan dari Nindy, raut wajah Zaskia menjadi berubah seketika. Ia kembali merasa sedih saat nama Alvin kembali dibahas. Zaskia menggeleng pelan. "Gue gak tau Nin, dimana dia sekarang. Alvin menghilang bagaikan di telan bumi." Jawan Zaskia dengan lirih dan sedih.
"Huft.. memang ya, dasar tuh Alvin memang cowok sialan. Terus kira-kira dia tau gak kalau loe sekarang justru menikah dengan kakaknya si Djaka itu?"
Zaskia hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban yang ambigu. Selain merasa malas, ia juga sedih jika membahas masalah Alvin. Cinta yang ia rajut selama berbulan-bulan harus kandas tanpa sebuah alasan yang jelas.
"Nin, bisa gak sih jangan bahas masalah ini. Gue kesini ketemuan sama loe untuk menenangkan diri dan merefresh pikiran, bukan malah mengenang saat-saat menyedihkan dalam hidupku."
"Ya sorry Zas, gue gak bermaksud begitu. Gue kan kepo aja."
Tak berapa lama makanan datang. Mood Zaskia seketika berubah dan senyum terlukis di bibir manisnya saat deretan menu makanan yang telah ia pesan kini berjajar rapi di atas meja. Air liur mulai mengintip dari sudut bibir. Zaskia sudah merasa tak sabar untuk segera menyantap makanan di hadapannya tersebut.
Zaskia dan Nindy menghabiskan waktu berdua dengan bersenang-senang. Tak hanya makan mereka juga belanja bersama, kini mereka sedang berada di sebuuah butik langganan mereka. Zaskia tampak sangat senang karena sejenak ia bisa bersenang-senang dan melupakan apa yang sedari berhari-hari ia lewati sebagai rasa sulit dan masalah yang mengganggu fikirannya.
"Baju dan gaun-gaun disini semuanya keluaran terbaru dan bagus-bagus, ah tapi sayang aku gak bisa lagi pakai pakaian ini."
"Kenapa?" tanya Nindy dengan polos.
"Nin, loe gak lihat penampilan gue sekarang ini? Gue terpaksa dan harus terjebak mengenakan gaya berpakaian seperti ini selamanya selama gue menjadi istrinya Joko."
"Oh, di sana ada banyak juga kok baju yang lebih tertutup, bagus-bagus juga tadi aku lihat. Mau aku bantu pilihkan untukmu?"
"Nin, loe gak tau aja betapa tersiksanya memakai sesuatu yang membuatmu gak nyaman. Sesuatu yang gak kamu banget."
"Zas, gue paham mungkin loe merasa menderita, itu mungkin juga karena lo melakukannya dengan setengah hati. Coba deh nanti kalau loe udah bisa menerima dengan sepenuh hati mungkin loe gak akan mengatakan hal ini."
"Gue gak paham deh Nin, sejak kapan Loe belajar jadi ustadzah? Dan gue bingung kenapa loe gak bisa ngertiin gue?" ucap Zaskia dengan nada kesal.
"Ayolah Zaskia, kita disini untuk bersenang-senang dan cuci mata. Lagian loe juga masih bisa kok pakai pakaian sexy."
"Maksudnya?"
"Ya, mungkin Lo gak bisa pakai pakaian sexy seperti ini di luar tapi kan kau masih bisa memakainya di dalam rumah, atau di dalam kamar."
"Kau gila ya Nin, ini baju terbuka kau suruh aku pakai gaun seperti ini di depan Joko? Itu sama saja aku memancing serigala dan siap untuk di terkam."
"Memangnya Djaka kalau malem berubah jadi manusia serigala ya?"
Mendengar pertanyaan polos dan konyol Nindy, Zaskia hanya bisa menepuk keningnya. Entah mengapa ia bisa memiliki sahabat yang agak-agak tulalit seperti ini. Nindy memang gadis yang cantik dan pintar pada pendidikannya. Namun terkadang jika di ajak bicara perempuan itu sering gak nyambung dan agak tulalit seperti ini.
"Nindy sayang, ya gak gitu juga maksudnya. Kau tau sendiri kan kalau aku gak suka sama Joko, jadi gak mungkin aku memakai pakaian sexy seperti ini di depannya. Dia itu cowok normal dan dia adalah pria dewasa, sudah pasti jika melihat sesuatu yang sexy dia bakalan, ON." Tukas Zaskia sambil menenteng gaun tanpa lengan dengan belahan dada rendah dan berwarna merah terang menggoda.
"Oh, Nindy lagi disini juga? Dan siapa ini? Kayaknya gak asing, apakah ini Zaskia?" tanya seseorang perempuan yang baru saja masuk kedalam butik tersebut.
"Angel?" ucap Zaskia dan Nindy dengan kompak.
"Tunggu sebentar, tapi ini beneran Zaskia kan?" Zaskia tampak mengangguk ringan dan tampak malu. "Hampir aja gue gak ngenalin siapa loe. Loe merubah penampilan ya? Tobat?"