Djaka memberikan kode kepada Ayu agar turun karena ia ingin bicara berdua dengan Zaskia yang tampak sedang dalam mode kesalnya. "Apa yang salah? Ini kan memang kedai bakso ya ini semua adalah property dan juga bahan untuk membuat bakso."
"Tapi tadi kau bilang kau akan membawaku ke rumahmu, lantas apa ini? Ini kau sebut rumah? Aku gak mau tinggal disini. Aku mau pulang." Zaskia beranjak melangkah menuju tangga untuk turun kembali.
"Pulang? Kau lupa kau adalah istriku sekarang?" seketila langkah kaki Zaskia terhenti mendengar apa yang Djaka ucapkan. Memang benar kini dirinya sudah menikah dengan Djaka dan tak mungkin baginya untuk pulang.
"Tapi aku gak mau tinggal di tempat ini, tempat seperti ini. Ih… ini gak banget Joko…" Zaskia memandang sekelilingnya dengan tatapan jijik dan tak suka.
"Kau bisa melakukan sesuatu jika memang kau ingin tempat yang seperti yang kau harapkan."
"Maksudnya?"
"Kau bisa merapikannya dan mengaturnya sesuai seperti yang kau mau."
"Aku? Aku membersihkan semua ini? Joko kenapa kau tak suruh anak buahmu untuk merapikan tempat ini?"
"Anak buahku punya tugas sendiri, sementara kau. Kau tak ada kegiatan lain kan? Jadi lebih baik kau saja yang kerjakan dan aturlah sesuai apa yang kau inginkan."
Mendengar hal itu Zaskia semakin kesal, ia melirik Djaka dengan sinis bagaikan siap menerkamnya karena merasa emosi. Ia yang selama ini selalu menjadi ratu di rumahnya sendiri dan selalu di manja oleh kedua orang tuanya, mengingat dirinya memanglah seorang anak tunggal membuatnya bahkan tak pernah menyentuh sebuah sapu ataupun sebuah lap untuk membersihkan debu.
"Aku gak mau," jawab Zaskia singkat sambil melipat kedua tangannya dan melengos. Ia melirik sebuah kamar cukup besar di sudut ruangan lantai dua. Sejenak ia mulai berbinar. "Itu kamarku kan?" Zaskia melangkahkan kaki dengan segera ingin cepat-cepat masuk dan istirahat dari pada di minta untuk membersihkan tempat di sekelilingnya yang laksana sebuah Gudang.
Ceklek.. ceklek..
Zaskia mencoba beberapa kali untuk membuka knop pintu kamar tersebut, namun sayang rupanya kamar tersebut justru di kunci. Perempuan itu kini memicingkan matanya ke arah Djaka yang justru semakin meledeknya dengan mengiming-iminginya sebuah kunci kamar tersebut.
"Jika kau ingin masuk, maka kau harus berusaha dulu!" rupanya Djaka tak membiarkan Zaskia masuk kamar tersebut dengan mudah dan justru memberikannya sebuah tantangan baru.
"Apa lagi? Kenapa kau senag sekali menyiksaku Joko…? Aku ini istrimu bukan pembantumu jadi jangan suruh aku melakukan sesuatu yang aku tak mau." Tolak Zaskia yang sudah menduga jika Djaka pasti ingin dirinya untuk melakukan sebuah tugas yang tak ia sukai, yaitu bersih-bersih.
"Ya, terserah saja. Jika kau ingin masuk ke dalam kamar itu maka kau harus melakukan apa yang aku perintahkan, bersihkan ruangan ini baru kau bisa masuk kedalam kamar!"
"Joko kau gila." Umpat Zaskia yang merasa kesal.
Dulu Zaskia membayangkan jika hidupnya kan bahagia setelah menikah dengan orang yang ia cintai. Namun sayang semua impian dan harapan itu satu persatu justru menjahui dirinya, kini sama sekali tak pernah ada kebahagiaan di dalam hidupnya. Alvin meninggalkannya di hari pernikahan, ia terpaksa menikah dengan Djaka, dan kini hidup Zaskia terasa semakin menderita karena Djaka selalu saja membuatnya kesal dan selalu saja membuatnya menjadi boneka pria tersebut dan menuruti semua yang ia perintahkan.
'Inikah sebuah pernikahan yang konon katanya adalah surga dunia? Persetan dengan surga dunia, yang ada ini semua justru adalah neraka dengan lembah yang paling dasar. Awas saja kau Joko, aku akan membalas semua ini.' Batin Zaskia sambil melirik Djaka dengan tajam bahkan giginya sampai beradu menggeretak.
"Aku tau kau pasti memaki dan mangumpatku dalam hatimu dan aku yakin jika isi hatimu itu menyimpan berjuta kebencian kepadaku."
"Bagus jika kau tau. Harusnya kau memang sadar diri." Jawab Zaskia dengan ketus.
"terserah saja, yang jelas kerjakan saja apa yang aku pinta. Jika sudah beres kau bisa mendapatkan kunci ini." Djaka melangkah meninggalkan Zaskia yang hanya bisa menatap kepergian Djaka dengan tatapan tak percaya.
"Sial. Bagaimana mungkin ada seorang suami seperti dia? Oh Tuhan… ini benar-benar petaka." Zaskia menghentakkan kakinya kelantai dengan kesal.
Zaskia memandang kesekelilingnya. Ada beberapa kardus-kardus yang entah apa isinya. Sekelilinya juga tampak kotor berdebu dan juga tampak ceceran tepung di sekeliling lantai. Mau tak mau Zaskia memang harus membersihkan semua kekacauan tersebut agar ia bisa segera masuk kekamar dan beristirahat.
Perempuan itu mulai mengerjakan semua sendirian. Ia menumpuk beberapa kardus di sudut ruangan dan mulai menyapu lantainya. Ia juga mengepel lantai tersebut dengan rasa enggan dan jijik harus menyentuh alat pel yang tampak lusuh dan tak higienis tersebut.
Hampir dua jam Zaskia membersihkan ruangan lantai dua yang ;tadi tampak sangat berantakan. Walaupun hasil kerjanya jauh dari kata rajin dan rapi paling tidak ruangan itu sudah tampak lebih bersih dari sebelumnya.
"Oh.. Thanks God.. akhirnya beres juga." Zaskia meregangkan otot-ototnya dengan menarik kedua tangannya keatas, rasanya cukup leleh melakukan sebuah pekerjaan sederhana yang tak pernah ia lakukan sebelumnya terlebih ia juga harus mengenakan pakaian tertutupnya walaupun kini ia sudah menanggalkan hijabnya karena merasa kepanasan. Zaskia juga menyeka bulir-bulir keringat yang berjatuhan di dahi dan pelipisnya.
"Aku sudah selesai, aku akan mencari Joko dan meminta kuncinya." Ia bergegas turun ke lantai bawah dan mencari Djaka.
Perempuan itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling yang ia dapati hanyalah pengunjung yang mulai ramai dan berisik. Zaskia agak terheran dan bertanya-tanya dimana Djaka berada? Atau mungkinkah pria itu meninggalkannya sementara dia pergi kesuatu tempat dan bersenang-senang sendiri sementara istrinya harus membersihkan ruangan lantai 2 yang berantakan?
"Di mana dia?" gumam Zaskia yang merasa heran. "Hei kau, dimana Joko?" tanya Zaskia saat melihat Ayu lewat sabil membawa sebuah nampan kosong.
"Joko? Eempp, maaf apakah maksudnya Boss Djaka?"
"Terserahlah ya siapapun panggilannya yang jelas bagiku namanya adalah Joko."
"Emmp,, Boss Djaka lagi ada di dapur." Jawab Ayu dengan polosnya.
Tanpa menunggu lama Zaskia melangkah ke area dapur dimana Ayu melirik ke arah tersebut. Zaskia bisa menebak jika pasti saat ini Djaka sedang membuat bola-bola bakso atau mungkin tengah sibuk membuat kuahnya. Zaskia membayangkan jika saat ini Djaka pasti juga sedang bermandikan peluh karena harus berada di depan kompor.
Namun saat kakinya melangkah ke tempat yang ia tuju, apa yang ia pikirkan justru sama sekali tak sama dengan apa yang kini ia lihat. Zaskia terperangah mendapati Djaka yang kini tengah duduk di sebuah kursi dan menatap sebuah laptop dan tampak sibuk mengerjakan sesuatu. 'Apakah penjual Bakso seperti ini? Sudah seperti orangg kantoran saja.' Batin Zaskia yang merasa heran.