Rania kesal karena terlalu lama menunggu Raka dan juga Kayla dia berharap segera selesai masalah di butik dan bisa segera melakukan kegiatan yang lain karena sungguh pernikahan ini membuatnya harus ekstra kerja padahal kegiatan biasanya hanya shoping, jalan-jalan kini harus ikut campur dalam urusan penting ini. Ya jika bukan karena kekayaan keluarga Bambang Pamungkas yang takkan ada habisnya mungkin Rania tak akan mau menikah dengannya secara Bambang selalu memanjakan setiap wanita yang ada di dekatnya terlebih mantan istrinya Seila yang lebih memilih bercerai karena tidak tahan dengan perselingkuhan yang sering dilakukan olehnya.
"Kenapa kalian terlambat?" seru Rania pada Raka dan juga Kayla yang datang terlambat lebih dari satu jam.
"Bukankah tadi aku sudah bilang jika kami akan terlambat datang," seru Raka terlihat acuh pada Mama tirinya tersebut.
"Raka kau tidak boleh berkata seperti itu pada Mamamu sendiri," ujar Kayla. "Biarkan saja toh dia bukanlah Mama yang baik untukku," serunya.
"Kau memang anak tidak tahu diri Raka kau pikir siapa yang merawat dirimu ketika kau sakit jika bukan aku hah!" sahut Rania tidak terima dengan perlakuan anak tirinya tersebut karena bagaimanapun dia juga memiliki ketertarikan terhadapnya, andai saja ayahnya Bambang Pamungkas tidak melamarnya lebih dulu mungkin dia rela menunggu beberapa tahun lagi agar bisa menjalani kasih dengannya meskipun itu sedikit terlambat untuknya.
"Cepatlah kau coba beberapa baju pengantin yang akan kau pakai di sana jika merasa cocok katakan pada karyawannya agar bisa segera di kirim ke rumah. Mama sudah capek dan ingin segera beristirahat dengan tenang di rumah," seru Rania.
"Istirahat yang tenang itu bukan di rumah, tapi di kuburan di sana tenang dan aku jamin takkan ada yang menganggu selain malaikat yang setiap waktu mengintrogasi dirimu yang selalu berbuat jahat pada orang lain."
Mendengar perkataan anak tirinya membuat Rania semakin naik pitam. "Kau, jika kau masih saja seperti itu maka akan ku laporkan pada ayahmu itu," seru Rania.
"Silakan saja tak masalah buatku dan aku juga akan melaporkan apa yang kau lakukan di belakang Papaku kau pikir aku tidak tahu jika kau tukang selingkuh!"
Setelah mengatakan hal itu, Raka menarik lengan Kayla dsn segera membawanya masuk ke ruang ganti.
"Kenapa kau begitu pada Mama Rania, Raka bagaimanapun dia adalah orang tuamu pengganti Mama Seila kau tahu itu!" seru Kayla berkata jujur dan tak ingin menutupi kekesalannya terhadap sikap Raka tersebut. Jika terhadap Mamanya saja dia berani seperti itu bagaimana dengan dirinya yang hanya berstatuskan seorang istri. Kayla larut dalam pemikirannya sendiri hingga tidak tahu jika Raka beberapa kali memanggilnya dan dia tidak menyahutinya.
"Apa kau tuli?" seru Raka menghampiri Kayla yang masih mematung di tempatnya karena ragu yang dirasakan olehnya membuat dirinya terdiam dan tampak berpikir sejenak karenanya.
"Kau tak mendengar panggilanku hai," seru Raka menarik lengan Kayla membuatnya tersentak.
"Hei, apa yang kau lakukan padaku?" seru Kayla tak suka jika Raka berlaku kasar padanya.
"Aku memanggilmu sedari tadi dan kau sama sekali tak menghiraukan diriku apakah kau tuli? Ayolah jangan membuat orang marah karena ini. Aku sangat sibuk dan harus bertemu dengan orang lain setelah ini apa kau tak pernah menghargai waktu orang lain?" ujar Raka.
"Maaf, apakah kita masih bisa membatalkan pernikahan ini?" seru Yasmin yang mendadak ragu dengan keputusannya tersebut.
"Kenapa apakah kau takut dengan apa yang akan ku lakukan padamu?" seru Raka percaya diri sekali.
"Bukan begitu, hanya saja .... dari caramu memperlakukan ibumu, kau sepertinya tidak menghargai seorang wanita dan aku takut kau akan semena-mena terhadap diriku Raka!" seru Yasmin.
"Itu tidak akan terjadi padamu jika kau menurut pada setiap instruksi yang aku berikan. Dan kau jangan pedulikan dia karena dia bukanlah seorang ibu yang baik kau tahu itu. Cepatlah kau coba beberapa gaun itu jika kau merasa yakin berikan pada karyawannya setelah itu kita pulang, aku tak mau berlama-lama di sini kau tahu."
Setelah berkata seperti itu, Raka segera keluar dari ruangan tersebut. Dicarinya Rania namun wanita tersebut sudah tidak ada di tempatnya.
"Apakah dia sudah pulang, dasar wanita ular bisa-bisanya dia menggangguku!" ucap Raka berdecak kesal padanya.
Yasmin mencoba beberapa pakaian dan tampak cantik dengan balutan gamis syar'i yang simpel berwarna putih tulang. Dia sengaja memilih warna tersebut karena tidak yakin dengan warna putih bersih.
"Bagaimana?"
Raka menoleh ke belakang dan terkesiap melihat sesosok wanita cantik di belakangnya itu. "Cantik sekali," puji Raka dalam hati karena memang dia tak mau jika Yasmin menjadi besar kepala karena pujian darinya. "Bagus, sudah selesai? Aku akan mengantarmu pulang sekarang!" seru Raka dingin terhadap Kayla.
"Apakah kau akan bersikap seperti itu padaku kelak jika sudah berumah tangga?" seru Kayla dia benar-benar tidak tahan untuk tidak bertanya pada Raka melihat sikapnya yang seperti es membuatnya ragu untuk melanjutkan perjodohan ini.
"Tergantung jika kau tidak membuat kesal diriku maka kau aman, tapi jika kau seperti wanita ular tadi jangan kau tanya apa yang akan kau dapatkan dariku setiap harinya." Yasmin bergidik ngeri mendengar perkataan dari Raka dan Kayla berharap semoga dia aman jika bersama dengannya.
"Aku antar kau pulang ke rumah, aku akan menemui seseorang setelah ini maka jangan katakan jika aku manusia yang tega membiarkan calon istrinya pulang sendirian." Raka pun masuk ke mobilnya berbeda dengan Yasmin yang melihat Hanan menuju ke arahnya.
"Yasmin," teriak Hanan setengah berlari kecil menghampiri Yasmin. Yasmin sendiri menjadi kikuk dan merasa bersalah dengan kehadirannya ditambah dengan Fina yang menyusul Hanan di belakangnya.
"Kalian ada di sini juga?" seru Yasmin mencoba untuk bersikap seperti biasanya padahal hatinya merasakan sakit yang luar biasa melihat mereka berdua berjalan bersama. "Iya kami baru saja makan siang, kau sendiri?" tanya Fina menatap Yasmin dan juga Raka yang berada di dalam mobil bergantian. "Dia .... apa dia calon suami kamu itu?" Yasmin terdiam dan sesaat kemudian tersenyum. "Kau benar bagaimana?" seru Yasmin.
Fina mengacungkan dua jempolnya pada Yasmin. "Terima kasih, btw aku harus segera balik ke rumah makasih ya, sampai jumpa dua hari lagi di sini," seru Yasmin memberikan kartu undangan pada mereka berdua.
Hanan menatap tak percaya pada perkataan yang diucapkan oleh Yasmin untuknya Pakah ini akhir dari semuanya kenapa dia begitu mudah melakukannya lantas untuk apa pengorbanan yang dia lakukan selama ini, sulit dipercaya dengan apa yang baru saja dialaminya.
Sama halnya dengan Yasmin dia merasa kecewa yang mendalam pada Hanan terlebih ketika tangan Fina berpegangan pada lengannya dan juga tubuh Fina yang seakan sengaja dia dekatkan pada Hanan.
Sakit itulah yang dia rasakan, apakah ini balasan untuknya karena telah melepaskan cinta yang sebenarnya?