Begitu sampai di luar, Rangga dan Rara mulai berdebat kecil.
"Rangga, kenapa kamu tarik aku sih? Padahal aku ingin katakan sesuatu."
"Nah, itu lah maksud aku tarik kamu. Belum waktunya, jangan kamu katakan dulu. Bertahap, tunggu semua berjalan dulu. Aku takutnya nanti Papa malah tidak setuju dengan kita."
"Jadi kamu tidak yakin sama aku?"
"Bukan tidak yakin, Ra. Tapi aku tidak mau kehilangan kamu lagi. Aku hanya berpikir, ini kesempatan kita. Lebih baik kita ambil hati papa dan berikan yang terbaik untuk perusahaan ini. Dengan begitu, apa pun nanti yang jadi penghalang kita, aku yakin papa tidak akan biarkan kita pisah. Kamu percaya saja deh."
"Ya sudah, deh. Terserah kamu saja."
"Iya, pokoknya kamu serahkan saja semua padaku."
"Oke!"
Rara dan Rangga menuju ruangan masing-masing, sedangkan Tania melihat mereka berdua tersenyum puas.
"Hem, sepertinya berhasil. Pasti mereka sudah kena marah habis-habisan. Mungkin besok Rara sudah tidak masuk kerja lagi. Haha, rasain loh!"