Satu Minggu sudah berlalu, kini Atta masuk kembali ke sekolah. Betapa senang dirinya saat itu yang sudah bisa masuk kembali. Namun kali ini dia harus tetap berhati-hati.
"Ssttt! Tuh, dia sudah masuk sekolah. Mau kita apakan dia?" Alin menyenggol bahu Rehan.
"Sabar Alin, berikan dia ruang untuk bernapas dulu. Kasihan dia kalau di kerjain lagi. Haha!"
"Haha, kamu benar. Ya sudah, aku tunggu. Aku sudah tidak sabar ganggu dia lagi."
"Hem, sebenarnya apa sih masalah kamu sama dia? Bukannya dia itu saudara kamu?"
"Bukan, aku bukan saudara dia."
"Loh, maksud kamu apa? Kalau kamu bukan saudara dia, lalu apa dong hubungannya? Kamu bilang kemarin dia saudara kamu."
"Tadinya iya, tapi sekarang tidak. Tapi memang sebenarnya dia itu bukan saudara aku. Karena papa hanya anak tiri kakek. Makanya aku ingin balas perlakuan anak sombong itu. Sekarang dia malah mau rebut semua kekuasaan kakek."
"Oh jadi seperti itu! Hem, besar juga ya rasa dendam kamu. Haha."
"Eh, kamu malah meledek."
