"Iyah. Tolong, yah. Bisa kan naik kendaraan umum? Atau saya jemput?"
"Ouh, gak usah, Kak. Ini tak siap-siap dulu."
Klik. Rinai seperti kehilangan selera hidup. Wajahnya begitu lemas. Putus asa. Ia duduk memegang kepalanya sendiri. "Rah... kenapa harus kamu yang menderita seperti ini? Kenapa gak ditimpakan ke gue aja?" Gerutunya.
***
"Sampai kapan kita disini?" geram Nia.
"Besok!! Besok pasti kita sudah kembali," ucap Aksa dengan tatapan pandangan menatap cermin mimpi. Matanya sesekali seperti orang menunggu sesuatu keluar dari sana. Entah, apa yang sedang begitu di simpannya.
"Darimana lu bisa yakin, hah? Kita udah lama banget loh."
"Percaya aja sama gue."
"Emang lu bisa dipercaya? Lihat tuh Ayya! Berapa sakit hatinya nanggung semua ulah lu!"
Aksa seketika menengok ke arah Nia. Dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Sudah, sudah! Gak ada gunanya kalian bertengkar di sini!" Oky berusaha menanangkannya.