Aya tersenyum. Berusaha menenangkan diri meskipun Nindy sudah mengabarinya agar lekas ke sana. Namun, ia tak tega membiarkan suaminya capek.
"Oh ya, tadi telpon dari siapa?"
"Uhm... itu Nindy."
"Ada apa, emang? Dosen masuk?"
Aya menggelengkan kepala. Masih berusaha menenangkan suaminya.
"Bukan. Tadi Nindy ngabarin. Katanya kita suruh kesana."
"Kita? Sudah ada petunjuk?"
Aya menganggukkan kepala.
"Kenapa baru bilang, Ay? Kenapa malah kita masih bersantai di sini?"
"Aku gak tega lihat kamu habis berkelahi. Keliatan capek."
"Apapun capeknya, selagi itu untuk menolong istriku sendiri, harus diutamakan. Ayo sekarang kita pergi ke Nindy!" ajak Ardi.
"Tapi... kamu," Aya berusaha menahannya.
"Sudah. Urusan ini harus segera diselesaikan. Yah!?"
Aya mau tak mau mengikuti Ardi. Ardi raih tangan Aya dan berjalan bersama. Sesekali menganyunkan langkah lebih cepat, karena begitu penasarannya.