Kala menganggukkan kepala. Angin berhembus mesra. Meninabobokan segala di sekitarnya. Tapi tidak dengan yang berdegup di dada. Ia tetap menjaga degupnya. Melihat punggung Niko yang kian membayang. Hilang di pelupuk mata. Melekat di kedalaman jiwa.
"Terus berjalan. Apapun yang terjadi kelak. Jangan pernah menyerah, seperti Kala yang selalu aku kenal."
Kala hanya tersenyum.
"Dan...."
"Hum?"
"Dan tetap jadi Kala yang telinganya enak didengar. Dan..."
"Dan?"
"Dan... kamu mesti punya mimpi. Agar hidup kita, terasa lebih hidup. Yakin, deh. Kamu bakal rasain keindahan itu. Apalagi bagi perempuan yang hatinya indah sepertimu, La."
"Niko...."
"Hum?"
"Jaga diri baik, Nik. Gapai juga mimpimu. Aku akan baik-baik saja di sini." Kala tersenyum. Saat itu, terasa ia begitu menenangkan dirinya. Menjaga degup yang dirasa, agar tetap tenang tak lagi kentara.
"Stroberinya, enak 'kan?" Niko mengalihkan. Seraya berusaha mencairkan suasana.
Kala mengangguk.
"Mau coba makan bareng?"