"Oh ya, kemarin saya menemukan ini di lantai toko. Sepertinya punya adek ya?" Rahsa menunjukkan sebuah gantungan kunci berbentuk kartun kucing. Lengkap dengan loncengnya yang masih berbunyi.
"Iya, ini punya aku." Anak berkepanh dua itu segera mengambilnya begitu saja dari tangan Rahsa.
"Eh, bilang apa sama Tetehnya?" Seorang perempuan berambut pirang itu menegurnya.
"Makasih, Teh." Cerianya.
"Terimakasih, ya. Itu gantungan kunci kesayangannya. Pas tahu hilang, ngambek kemarin. Maklum anak-anak. Makasih, ya."
"Sama-sama."
"Eh, ini apa? Lucu sekali."
"Itu hadiah. Kebetulan saya sendiri yang membuatnya."
"Wah..., cantik. Lucu lagi. Saya suka pelangi. Meski sementara indahnya, tapi memang begitu 'kan hakikat kebahagiaan?" Perempuan berambut pirang itu nampak bahagia disusul terdiam.
"Oh, ya. Sekali lagi, terimakasih, ya. Saya permisi dulu. Sudah ada yang nunggu di luar." Ia berpamit diri.
"Ayo, sayang. Di luar sudah ada paman yang nungguin." Ia mengajak anak berkepang dua itu.