"Stroberi... aku juga gatau. Entah, makin kesini kalau suruh jelasin kenapa suka sesuatu makin kelu kenapa, mungkin saking sukanya."
"Tapi pasti ada dong, awal atau cerita tersendiri kenapa suka banget?"
"Ada."
"Apa?"
"Pas kecil, Ibu tak mudah membelikan buah apapun. Maklum ibu rumah tangga harus memilah mana yang benar-benar prioritas dibelanjakan."
"Nah... saat kecil, kalau minta stroberi hampir selalu dibelikan. Entahlah kenapa. Mungkin, karena itu juga aku jadi suka stroberi dari kecil," jelas Aya bercerita. Ardi mendengarkannya dengan seksama.
"Lalu? Kalau filosofi stroberi sendiri? Tadi kan jeruk katamu sebagai simbol keceriaan. Nah, stroberi?"
"Kamu kan anak filsafat, pasti lebih tahu maknanya. Cari tau aja sendiri. Wee!" ledek Aya.
"Ih, kan pengin tahu versi istri sendiri. Siapa tahu bisa jadi bahan referensi, kan?"
"Referensi apaan?"
"Referensi buku panduan cara menyayangi perempuan pecinta sastra yang mencintai stroberi," kelakar Ardi.
"Apaan sih!"