"Kami berdua kecewa dengan musyawarah tadi. Kami takut profesi kami diambil alih oleh Mas Ardi," jawabnya datar.
"Oh.. jadi kalian merasa kehadiran saya membuat terancam?"
Mereka berdua mengangguk pasrah.
"Sebelumnya saya meminta maaf, kalau sudah membuat kalian terganggu. Tapi biarkan saya menjelaskan dulu agar tak ada salah paham," tutur Ardi mulai menjelaskannya.
"Begini... niat saya membuat rencana ini tak lain untuk kebaikan semuanya. Saya tak hanya memihak petani, tapi tak memikirkan kalian. Tidak. Saya tahu, kalian juga bekerja."
"Tapi perlu ada aturan, agar sama-sama merasa adil dalam jual beli. Bukankah itu aturan yang masuk akal?"
Kedua tengkulak itu tak menjawab. Ardi pun melanjutkan penjelasannya kembali.
"Sekarang kalian coba pikirkan. Kalau setiap kali petani merasa jengkel karena merasa dirugikan setiap kali menjual panennya, apa mungkin satu dua musim panen lagi, mereka akan menjual hasilnya pada kalian?"