"Eh, gausah Mbah. Nanti capek."
"Ndakpapa... cuma bantu sedikit." Mbah Toid memaksa Ardi untuk bersedia dibantu memanen jagungnya.
"Haha... seneng nih ada yang bantuin. Maklum orang susah, mana ada yang mau bantu gratisan. Haha!" Wira kembali menghina Ardi.
Namun, sedikitpun Ardi seperti tak mendengarnya sama sekali. Ia bersama Mbah Toid kembali memanen jagungnya.
"Cepettt oh! Lelet banget!" celetuk Wira pada tiga kuli suruhannya. Tak sedikitpun Wira ikut memanen jagungnya. Ia hanya terlihat memerintah para kulinya.
"Mbah... sini dulu istirahat... jangan dipaksa," ajak Ardi pada Mbah Toid untuk menepi.
"Iya, Nak. Lumayan juga ya capek." Mbah Toid menjawabnya sambil tersenyum.
"Sekali lagi terima kasih, Mbah. Sudah mau repot-repot datang kesini dan bantuin juga. Tapi saya gapunya apa-apa. Ini ada bekal seadanya. Salad buah buatan istri saya. Silakan, Mbah." Ardi menawarkan sebuah salad buah pada Mbah Toid.
"Waah enak ini, Nak. Istrimu pinter meracik juga."