"Sebentar, Sayang... kamu bisa tolong temuin dulu? Nanti Mas nyusul."
"Iya, Mas." Ucap Mala patuh. Ia pun segera menemui suara itu.
"Maaf, Mas Ardinya sebentar lagi keluar. Silakan masuk, Pak," ucap Mala pada seorang Bapak di luar.
"Terima kasih, Mbak. Saya tunggu Mas Ardi di sini saja."
Ardi pun datang memecah suara keheranan.
"Ada apa, Sayang? Siapa yang datang?"
"Oh ini, Mas. Beliau duduk di luar."
"Baik. Kamu boleh masuk lagi, Sayang. Makasih, yah." Ucap Ardi pada Mala.
"Iya, Mas."
"Permisi, Pak. Maaf menunggu. Ada apa, yah?"
"Ini Mas Ardi. Saya kebetulan lewat rumah Mbah Toid. Beliau nyuruh saya agar Mas Ardi datang ke rumahnya."
"Sekarang, Pak?"
"Iya, Mas. Katanya penting."
"Gak biasanya Mbah Toid begini," gumam Ardi.
"Ayo, Mas. Mbah Toid sudah menunggu di rumahnya."
"Iya, Pak. Terima kasih, ya. Sebentar saya pamit istri saya dulu."
"Sebenernya ada apa? Kenapa Mbah Toid tiba-tiba menyuruhku datang? Apa masih ada hubungannya dengan Wira?" Pikir Ardi.
***