"Iya, Mbah." Jawab Ardi sambil meringis. Menahan luka di wajahnya.
"Sekarang ke rumah Mbah dulu. Kamu obati lukamu itu. Nanti istrimu kawatir. Kamu tak ingin membuatnya sedih 'kan?"
Ardi pun mengikuti langkah Mbah Toid.
"Ingat, yah. Dia pasti datang lagi. Pesan Mbah cuma satu. Menghadapi orang sepertinya jangan hanya pake emosi."
"Lalu, bagaimana, Mbah?"
***
Sementara, Oki kembali menguap dan terlelap.
Oki masih dalam mimpinya. Sebuah mimpi yang akan memengaruhi pandangannya terhadap kehidupannya.
***
"Lalu, bagaimana, Mbah?"
"Hadapilah dengan pikiran yang jernih."
"Maksudnya, Mbah?"
"Pikiran yang jernih lahir dari hati yang jernih juga. Kamu perlu banyak puasa, Nak. Latian menahan diri."
"Saya bisa tenang, Mbah. Cuma kalau dia sudah bicara tentang Mala, aku tak bisa trima."
"Iya. Mbah paham. Saya juga pasti akan lakukan sama. Melindungi istri tercinta. Hanya caranya berbeda."
"Jangan terus melawannya."
"Justru biarkan dia meronta meminta istrimu tuk jadi istrinya."