"Mas gapengin kamu kenapa-napa. Jujur, sejak kemunculan laki-laki aneh itu, Mas selalu kawatir saat meninggalkanmu sendirian di rumah."
"Mas sungguh sangat kawatir. Atau, kita perlu bantuan asisten rumah tangga? Biar ada yang menemanimu."
"Kalau itu terserah Mas. Tapi, bukankah yang terpenting sekarang gimana kita mau bertahan hidup dulu? Nyari lahan yang kosong dulu untuk digarap?"
"Ah... kenyataan ini membuat Mas malu sama kamu, istriku. Sekali lagi, maafkan Mas, ya."
"Maaf kenapa?"
"Mas pengangguran. Belum sempat mendapatkan lahan kosong."
"Sstt gaboleh bilang gitu. Jangan lupa harus yakin sama Allah. Yang ngasih rezeki Allah. Jangan terlalu bergantung pada manusia, Mas."
"Kita tetap usaha aja. Tapi hasilnya tetap biar Allah yang tentuin."
"Kamu benar sayang." Ardi tersenyum. Menatap istrinya penuh kasih.
"Besok mau kemana?"
"Sudah ada rencana lagi, Mas?"
"Yang pasti besok Mas mau cari lagi. Harus tetap semangat. Gitu kan?"
"Iya dong. Harus semangat!"
