Ibunya jarang sekali melarang dan memerintahkan sesuatu padanya, langsung menyebut "Ini haram! Itu halal!" Meskipun dengan begitu pun sah-sah saja. Namun ia berbeda. Ia selalu menuturkannya begitu ramah, lembut, dan bersahaja.
"Bu, Darren ijin pergi ke rumah temen dulu ya,"
"Mau ada apa, Nak?"
"Dia minta bantuan Darren ngerjain tugasnya."
"Kenapa nggak temennya aja yang kesini?"
"Kendarannya lagi mogok katanya. Gatega kalau suruh ngangkot. Biar Darren aja kesana. Sekalian main. Mumpung udah di sini."
"Darren nggak ngurusin kuliahnya. Tapi mau belajar ke rumah temen?"
"Kan kata Ibu kehidupan adalah tempat belajar yang sesungguhnya," ucap Darren seraya menirukan gaya Ibu saat mengucapkannya. Tersenyum lembut. Candanya.
Darren pun pergi membawa senyuman. Tanpa perlu ia ambil dulu dari awan. Ataupun susah-susah dilukis terlebih dahulu seperti pekerjaan Ayah. Entahlah. Darren tak mau terlalu mengingatnya. Barangkali yang ia ingat: ia hanya mau kasih hadiah ke Ibu. Apapun itu.