"Gimana, Tan?" tanya Kinan.
"Entah kenapa aku pengin coba rasain yang Ibu itu bikin." Aku menunjuk seorang Ibu dari kejauhan dengan gerobak jualannya.
"Nah, aku juga sih. Gimana, Ni? Oki?"
"Aku sih ngikut aja, Nan. Mana aja boleh."
"Hayo sekarang tinggal kamu, Ni."
"Ehm... boleh si."
"Beneran?"
"Iya. Aku juga makan apa aja ko. Ndak harus di rumah makan. Kayaknya juga menarik."
"Ok. Berarti kesana aja, ya. Mau jalan kaki apa pake motor?"
"Pake motor aja. Kan mau sholat juga habis ini kan?"
"Iya. Ok. Yaudah yuk!"
"Parkirnya?" tanya Kinan.
"Sudah tadi."
"Thanks, Bro."
Mereka berempat pun segera menuju ke arah barat. Tak sampai tiga menit, sudah sampai. Seorang Ibu berkerudung coklat sedang berdiri di depan gerobak jualannya.
"Docangnya 4, Bu."
"Ouh iya, A. Pedes?" tanya Ibu itu.
"Pedes semua ndak, nih?"
"Aku sedengan aja." Jawabku.
"Aku juga." Lanjutku.
"Pedes satu, Ki." Kinan menjawabnya.
"Pedes dua, sedangnya dua ya, Bu."
"Mangga, duduk.... "