Aroma sejuk udara subuh menyelimuti Rahsa. Matanya menatap langit dan bintang tersisa. Seolah mencari apa yang dicarinya. Tapi dari sudut mata lainnya, mencegah untuk tak perlu berusaha. Bangku kayu yang didudukinya kian berat. Bukan oleh bebannya. Tapi apa yang semakin tak terucap. Rahsa menyimpan berbagai rasanya. Dan menaruhnya di keranjang bulan menjelang pagi.
"Ibu baik-baik saja di sana 'kan? Rahsa kangen Ibu." Desirnya.
Laksmi, adiknya melihatnya dari balik jendela depam rumah. Ia amati Kakak satu-satunya itu. Aroma sedih seperti menular begitu saja ke matanya. Adik mana yang akan tega melihat Kakaknya seperti ini? anak mana yang merasa baik-baik saja saat ditinggal selamanya oleh Ibunya?
Langkah Laksmi mulai mengayun, tapi ditahan. Tertahan kembali entah oleh apa. Ia mengamati pelan Kakaknya.
Rahsa kini menunduk. Sepertinya telah selesai menaruh sedih di keranjang bulan. Laksmi pun mantap mendekati.
"Teh... teteh kenapa?"
"Ndakpapa, Dek. Teteh baik-baik aja."