"Pun Hana. Hana sangat sayang padanya."
"Namun apa? Menjelang hari pernikahan, Bu. Ia tiba-tiba pergi begitu saja. Hana bisa apa? Apa Hana mau mengutuknya?"
"Dan yang kedua, Ibu juga masih ingat bukan? Bapak juga mulai menerimanya dengan baik. Pun Ibu yang selalu mendukung Hana juga. Namun, apa? Dia malah main di belakang Hana."
"Hana sangat drop. Depresi kala itu. Hana sempat berpikir apakah Hana tak layak menikah? Apa Hana sangat pantas disakiti?"
"Hana berusaha jalani hidup, layaknya orang yang diberi motivasi dan mimpi-mimpi. Apa motivasi dan mimpi itu? Sesederhana aku tak mungkin membuat Bapak dan Ibu bersedih melihatku terpuruk."
"Aku tak ingin Bapak dan Ibu bertambah sedih melihatku kehilangan harapan hidup."
"Sampai suatu hari menyedihkan itu datang. Ternyata, Tuhan juga mengambil Bapak dari kehidupanku. Tepat saat Hana percaya bahwa segala duka bisa bersanding dengan bahagia."