"Aku lupa." Jawab Aldi sekenanya.
Pandangan mata Aldi kian kabur. Keringat dingin mulai turun dari dahinya. Tangan yang meminta tolong pada Anita pun dipegangnya.
"Astaghfirulloh, Aldi. Tanganmu dingin banget! Ayo, aku bantu berdiri. Masih kuat kan? Biar kupapah," ucap Anita begitu cemas.
Sekonyong-konyong, ia membantu Aldi kembali berdiri. Tangan Alsi ditaruhnya di lehernya. Apapun yang bisa ia lakukan untuk Aldi saat itu, ia refleks saja membantunya. Anita berusaha melakukan apa saja yang bisa membuat laki-laki di depannya itu sadar diri.
Tak jarang, kasih akan tumbuh bagi siapa saja yang mau menyadari. Bahwa perihal ketulusan adalah suatu hal yang tak bisa dipungkiri. Ya, tak bisa dipungkiri hal itu sangat dibutuhkan dalam berbagai kasih yang abadi. Namun, seringkali banyak manusia tak menyadari. Lebih suka menaruhnya pada hal-hal yang tak abadi. Entah itu harta dan kemewahan belaka. Bagaimana dengan Anita?