Melihat Ali dan Anggun yang terlihat romantis, puncak kemarahannya kian tak tertahankan. Aldi mulai merencanakan berbagai hal untuk membuat hubungan mereka retak bahkan terpisah.
Aldi melihat sekelilingnya. Ia menghentikan salah satu mahasiswa.
"Stop!"
"Ada apa nih?"
"Mau uang nggak?" Mahasiswa itu terlihat menengok kanan kiri, dan berucap. "Ya maulah. Siapa yang gak mau uang!"
"Ok. Sini ikut!"
Aldi menarik mahasiswa dengan tubuh kurusnya itu ke sebuah area yang sepi. Tempat dimana ia yakin tak akan ada yang melihatnya.
"Ada apa nih? Gue mau diapain?" Ucap mahasiswa itu curiga.
"Diem lu! Banyak omong!! Mau duit nggak?"
"Mau lah. Apa emang?"
"Lu cukup posting foto dan tag akun instagram Anggun seperti pacar lo. Gimana?"
"Waduh!! Berabe nih. Gamau lah! Ribet urusannya. Akun instagram gue udah banyak followers. Sayang kalau dibuat fitnah. Lagian Anggun kan baru nikah."
"Lu mau duit nggak?" Aldi mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan. Dikipaskannya di depan wajah mahasiswa itu.
"Lu kan cukup populer juga kan? Atau begini kalau lo takut, wajah lo samarin, tapi entah bagaiman lo editin foto seolah-olah pelukan sama Anggun mesra. Gimana?"
"Harus pake akun gue gitu?"
"Trus? Pake akun emaklu?"
"Gini deh. Gua bikin akun lagi aja. Gimana?"
"Lama ntar."
"Nggak ko. Gue bisa beli akun. Asal ada tambahan komisinya. Ya itu sih kalau lu mau," ucapnya terlihat licik.
Dari atas mereka berdua bicara, ternyata ruangan itu mengarah ke bangunan ruang kelas Anggun. Kebetulan saat itu Anita duduk di dekat jendela.
Anita mengarahkan pandangannya ke luar kelas. Begitu ia melihat ke bawah, ada Aldi dan satu mahasiswa sedang seperti orang bertransaksi tapi dengan ancaman.
"Itu bukannya Aldi? Lagi ngapain dia? Kenapa pamerin duit gitu?"
"Itu juga siapa? Perasaan baru liat Aldi punya temen sepertinya. Bukannya temen deket dia justru Ali, suaminya Anggun?" gumam Anita.
Keheranannya terpecah seketika begitu Anggun mengagetkannya.
"Woy!! Liat apaan sih! Serius amat," seru Anggun.
"Ouh nggak. Lihat nyamuk manjat kaca," ucap Anggun berhumor.
"Apaan. Gak lucu deh."
"Tapi lo ketawa kan? Haha cie pengantin baru. Ehem."
"Cie... cie..." rentetan ucapan meledeki dari beberapa temannya turut menyambut ucapan Anita.
"Hei teman-teman semuanya. Enaknya kita apain salah satu teman kita yang baru aja nikah?"
"Haha minta traktir aja, Nit!" seru salah seorang teman sekelasnya.
"Betul, tuh! Traktir aja. Kebetulan gue gak bawa uang saku nih!" timpal salah seorang lainnya bertubuh gempal.
"Boleh tuh, Nit! Jadi kita rayain bareng lagi deh. Gimana, Nggun?"
"Gimana pengantin baru? Siap nraktir?"
Anggun memandang mereka dengan ekspresi tawa yang ditahan.
"Haha... kalian itu ya. Kalau soal makanan cepet sinyalnya. Ok. Siapa takut. Nanti jam istirahat, aku traktir."
"Yeey!! Makan gratis!!" seru mahasiswa bertubuh gempal itu.
Tak hanya mahasiswa jurusan filsafat atau hukum saja yang berambut gondrong. Di jurusan sastra terutama di kelas Anggun pun ada yang berambut gondrong. Namun, ia tampak menarik diri dari sosialnya.
Entah apa yang dirasakannya. Kala itu, tatapannya berbeda dengan mahasiswa lainnya yang sangat gembira. Meskipun belum kenal lama, tapi kekompakkan begitu terasa.
Wajah teman sekelas Anggun itu justru diam. Sedikit tampak murung dan mencurigakan.
"Eh lu mau ikut kagak? Diem-diem bae!" tanya salah seorang temannya menepuk pundaknya.
Laki-laki berambut gondrong itu tak menjawab.
"Ok teman-teman siapa aja di kelas ini boleh ikut, yah. Jangan sungkan. Iya kan, Nggun?" ucap Anita mengumumkan kembali.
"Jangan ragu, guys. Mumpun gratis. Iya nggak? Kita rayakan pernikahan sobat kita ini."
"Udah ah, Nit. Malu tau."
Beberapa jam kemudian, jam istirahat tiba. Wajah-wajah yang semula suntuk menerima mata kuliah, seketika berubah bahagia.
Mereka tampak menantikan sesuatu hadiah. Kapan lagi makan gratis?
Laki-laki teman Anggun yang bertubuh gempal itu mulai bicara.
"Come on guys! Kita makan gratis untuk merayakan pernikahan sobat populer nan kece menggelora siapa lagi kalau bukan Anggun! Cap cus!" ucapnya berlagak seperti presenter acara hiburan tv.
Seketika, tawa meledak melihat tingkahnya. Beberapa mahasiswa sekelasnya Anggun mulai beruntun keluar bersamaan. Kecuali laki-laki misterius berambut gondrong itu.
"Kamu ndak ikut?" sapa Anita.
"Ndak." Ucapnya singkat.
"Mau bungkusin?"
"Ndak usah. Kalian aja."
"Ouh yaudah. Yuk."
Anita meraih tangan Anggun keluar ruangan. Seketika kantin penuh oleh rombongan teman sekelas Anggun.
Ali tak ada di sana, ia memang jarang terlihat di kantin. Lebih banyak di perpustakaan. Jadi, saat itu memang lebih banyak riuh teman-teman sekelas Anggun.
"Thank banget ya, Nggun. Gue doain pernikahan lo sama Ali langgeng dunia akhirat," ucap salah seorang temannya.
"Aamiin," Anggun menjawabnya tersenyum bahagia melihat teman-temannya begitu gembira.
"Iya, Nggun. Gue juga doain semoga Ali dan lo tambah keren berprestasi dan makin best lah pokoknya!" timpal salah seorang teman lainnya.
"Nih... ucapan anti mainstream dari gue. Semoga Anggun dan Ali jadi mereka sendiri. Gimana? Keren kan?" ucap teman Anggun bertubuh gempal itu.
"Huuuu!!! Apaan gaje lu!" sorak teman-teman lainnya.
"Gaje gimana. Itu kalimat penuh filosofis tau! Iya nggak, Nggun?"
Anggun hanya tersenyum menanggapi.
"Oh ya, Nggun. Gue denger Ali kan suka banget sama filsafat juga tuh, kalau ngobrol gimana sih? Berasa lagi ngobrol sama dosen filsafat kita yang nyebelin itu nggak si? Gak kebayang gue!" celetuknya.
"Huss!! Jangan keras-keras ngomongin dosen. Kualat lu!?"
"Ouh berarti kalau gapengin kualat ngomongin dosennya pelan-pelan gitu ya? Pake ketikan jari terus diupdate di instrgram pake akun misuh-misuh gitu?"
"Sssst.... bentar deh. Diem dulu!!" suara salah seorang mahasiswa yang juga teman sekelas Anggun mendiamkan riuh seketika.
"Ada apaan sih lu? Main diem-diemin! Lihat apaan?"
"Diem dulu! Ini ada yang aneh."
"Apaan sih? Bikin kepo aja!!" Teman sekelas Anggun yang bertubuh gempal itu medekatkan diri pada mahasiswi yang mendiamkannya itu.
"Apaan sih?" Ia melongok ke ponselnya.
"Omaygat!! Gak mungkin. Gue yakin ini ada orang yang iri sama lo, Nggun!"
"Apaan sih?" Anita beranjak.
Ia melihat instagram teman perempuan sekelasnya itu dan memerhatikannya.
"Apa?"
Anita segera mengecek ponselnya. Ia buka akun instagram dan mengecek profil Anggun. Di sana ada postingan feed instagram yang menandai Anggun.
Sebuah foto dimana Anggun sangat mesra di pelukan laki-laki itu. Anita terbelalak melihat feed itu.
"Ada apa sih, Nit?" tanya Anggun kawatir dan curiga bersamaan.
Seketika, teman-teman sekelasnya pun terdiam. Mereka saling beradu penasaran. "Ada apaan sih?"
Sontak, suasana gembira riuh mereka, berganti seketika. Anita tak menyangka ada orang yang akan berbuat seperti itu dengan sahabatnya.
"Ada apa, Nit?" Anggun mendekat ke Anita dan melihat feed instagram yang menandainya. Sebuah foto yang membuat Anggun terbelalak tak menyangka.
"Siapa ini? Gue gak kenal!" Ucap Anggun curiga.