"Mari," ucap pria paruh baya itu sembari berlalu dari ruangan Manaf, diikuti oleh Alyn serta Igho. Derap langkah kaki menjadi satu-satunya pemecah keheningan di antara ketiganya, baik Alyn maupun Igho tidak ada yang berbicara sedikit pun.
Beberapa karyawan kantor yang berpapasan dengan ketiganya mendadak bergeming, siapa pun bisa merasakan hawa persaingan dari dua bersaudara itu. Igho dengan wajah datarnya serta raut wajah Alyn dengan segala pemikiran tentang hal yang akan dilaluinya membuat beberapa karyawan saling berbisik juga.
Ketiganya memasuki sebuah ruangan yang disinyalir sebagai ruang rapat. Baik Igho maupun Alyn, mereka hanya terdiam melihat apa yang ada di hadapannya. Ruangan itu hanya diberi sekat sebuah kaca dengan ketebalan beberapa sentimeter.
"Ini serius, Pak?" Alyn menatap pria paruh baya itu dengan tidak percaya. "Pak, masa di sini? Gak, saya gak mau!"