"Igho ... Igho ... Igho ... kemana kamu Gho?" gumam Kayla dengan mata tertutup dan suara sayu bagai angin.
Suara sendu itu jelas mengundang Dr. Bram untuk mendekat. Sengaja sekali Dr. Bram tidak pulang sehabis piket dinasnya berakhir. Ia memilih untuk tetap berada di samping Kayla karena dia melihat tak ada seorang pun yang menunggui Kayla saat itu.
"Igho ...," gumamnya lagi.
"Kayla ! Buka matamu! Ayo kamu pasti bisa buka matamu!" Dr. Bram menguatkan Kayla sambil mendeteksi denyut jantung perempuan itu yang detaknya semakin labil.
Kayla terlihat bernafas dengan sesak, hingga dengan kemampuan ilmunya, Dr. Bram nampak memberi sebuah pompaan di tengah dada Kayla.
Dr. Bram hampir panik. Karena hari-hari ini kesehatan Kayla semakin memburuk saja. Ia sudah berbuat lebih dengan mencari pendonor yang tepat. Tapi, takdir sedang tidak berpihak kepadanya.
Biasanya Dr. Bram di juluki dewa penyelamat, tapi kenapa dia sama sekali tidak menyelematkan orang yang ia kagumi?
Prak!