Setelah mengantar Igho pulang ke rumahnya, Anjar merasa lega kembali mengemudikan mobil untuk pergi ke restorannya.
Bibirnya mengerucut sambil bersiul santai melewati beberapa kendaraan di area jalan raya.
Meskipun hari itu diawali dengan beberapa kejadian yang sangat janggal, Anjar tetap mengarungi hari itu dengan sangat semangat.
Hingga akhirnya dia sampai di restoran miliknya.
Mata Anjat celingukan saat melihat sekitar tak ramai pengunjung seperti biasanya. Hari itu sudah siang, biasanya di jam-jam seperti itu parkiran sudah padat di penuhi mobil mewah dan para tamu yang berkunjung ke cafenya.
Bahkan tukang parkir suka ikut ricuh kewalahan memarkirkan kendaraan di depan cafe.
Melihat tukang parkir hanya duduk diam di bangkunya, Anjar merasa keheranan.
"Woy! Pak, santai sekali?"
Tukang parkir itu sontak bangun dari tempat duduknya dengan sangat sigap.
"Eh, nona?" jawab tukang parkir itu dengan wajah mengernyit.
"Ada apa? Kok wajah bapak ditekuk seperti itu?"